Posts

Showing posts from November, 2021

UNTITLED - 326

Image
❗ be a wise reader(s), long narattion. Ghiffari sebenarnya masih enggan mengeluarkan suaranya semenjak pertanyaan canggung dari Juni dan seluruh anggotanya mengenai mengapa pertemuan untuk fiksasi pihak sponsor yang bertepat di Hotel Pullman Grand Central ini harus dirinya dan Juni. Padahal kan seharusnya Raka dan Juni, atau Ghiffari dan Raka. Ya, melibatkan Raka didalamnya karena dirinyalah ketua dari bagian sponsorship. Melibatkan Juni untuk mempermudah revisi apa saja yang perlu dilakukan.  Namun, karena itu Raka. Ghiffari enggan.  Enggan jika sang gadis sampul pujaannya yang ia tunggu begitu lama itu harus kembali jatuh hati pada sosok Raka Argapraja. " Ya pasti kalah telak kalau sama Raka ."  batinnya dalam hati. Keduanya kini di atas Honda CRF merah, hening tanpa sepatah katapun. Setetes air hujan kini bersinggungan dengan pipi Juni. Tetesan berikutnya membasahi Ghiffari. Masih dengan lamunannya, Ghiffari tak menyadari jika sang langit kini tengah menangis.  "G...

UNTITLED - 321

Image
  Setelah mendapat stiker untuk kompleknya dari Raka, buru-buru Tipal menunggangi yamaha XSR nya dengan kecepatan penuh. Jujur, Tipal menjadi tidak tenang tatkala yang ditemui dipinggirnya bukan Egas. Ia memutuskan untuk pulang, membelah heningnya jalanan Bandung.  Sedikit khawatir dengan ganasnya geng motor di Bandung yang dapat sewaktu-waktu muncul kapan saja.  "Ah bodo amat." batin Tipal.  Dirinya semakin memacu kuda besinya dengan kecepatan tinggi. Yang terngiang dibenaknya hanya ucapan Raka; "Lo gak perlu ucapan sayang dari adik lo buat mikir lo layak jadi kakak yang baik atau enggak buat dia. Cukup lo ada disamping dia tiap kali dia butuh lo. Kata sayang itu cuma bonus."  Tipal mengetahui bahwa sang adik  tak pernah bisa tidur jika tidak memainkan daun telinga miliknya. Terkadang adik kecilnya itu selalu saja bertingkah gemas tak mau mengakui dengan gengsinya yang besar.  "Gue pulang Gas. Tunggu ya." batin Tipal 

UNTITLED - 315

Image
"Terus- terus gimana lagi Pal?" tanya Adit antusias.  "Mingkem Dit!" Tangan Atuy mengusap muka Adit yang begitu bahagia seakan menemui teman baru saat mendengar segala upaya konyol Tipal masuk Bahureksa. "Si Adit ngerasa punya temen anak bawang meren yaa." ucap Atuy   "Serius a. Ini seru pisan lebih dari Uttaran di MNC. Soalnya Adit masuk sini kan jalur orang dalem jadi gatau perjuangannya HAHAHA."  Seakan Bahureksa punya radio baru, sedari tadi Tokman penuh dengan Tipal yang terus bercerita mengenai kesulitannya untuk duduk bersama diposisinya sekarang ini.  "Iya Dit, A, tau gakk! Gue tuh udah cari kemana-mana kodenya tiap Gifa nanya kode. Gue gak ngerti anjir serius. Beribu purnama gue semedi buat dapet pencerahan, sampe gue mutusin buat dapetin hatinya si Gifa."  Semua mata langsung tertuju pada Tipal.  "Allahurabbi gue masih normal demi alek." kedua jari Tipal menyentuh telinganya sendiri, janji di daerah Bandung biasanya ...

UNTITLED - 314

Image
  "Yang ini  udah sejuta Tuy." ucap Sukma dengan tumpukan uang pecahan dua ribuan yang ia tumpuk untuk membantu Atuy menghitung hasil penjualannya selama ini. " Anjingg aing gak fokus bangsatt laper banget." ucap Atuy, "MANG YAHYAAA PLISSS KIPASIN SATENYA DIMODIF DONG ANJIRR PAKE KIPAS ANGIN MIYAKO BIAR CEPET. Lama pake kipas manual mah mang..." sambung Atuy kembali frustasi sebari menggaruk kepalanya yang tak gatal.  "Mang si atuy mah  setengah mateng aja. Jelemaan siluman oray koneng  soalnya mang! Kalau lapar bisa berubah jadi maung juga!" teriak Juniar.  Dengan setumpukan uang dua ribuan yang telah Sukma susun, Atuy melempar tumpukan tersebut pada Juniar sehingga kini Tokman bagai hujan uang, "Ngomong teh bismillah!" "Tuhkan mang! Liat, berubah jadi maung. HAHAHAHA." sambung Juniar kembali Plakk..  "AWWW SAKITTT SIA SUKMA!" Atuy memegangi bagian belakang kepalanya yang dipukul Sukma. " AI SIAAA TUYY AING UD...

UNTITLED - 312

Image
Kediaman Argapraja yang tiap harinya biasa hening kini hanya diisi oleh dua orang, Raka dan sang ibunda. Sudah menjadi rutinitas bila dirinya ingin berbicara empat mata dengan sang ibunda, ia mesti sengaja membuat agenda dadakan untuk Bahureksa, baik itu traktir yang tiba-tiba maupun bagi-bagi   doorprize  yang tidak masuk akal, padahal tidak ada yang ulang tahun.  Untung hari ini ada agenda pengumuman member baru pengisi kekosongan Kiming maupun Ajun. Setidaknya Adit bisa pergi lebih dahulu meninggalkan Raka.  Apapun itu, yang penting Adit pergi dari kediamannya, dan menyisakan dirinya dan sang ibunda.   "Udah berapa kali mama bilang? Gak usah pikirin anak itu! Kamu harusnya ambil tawaran buat pergi ke pertemuan kolega kantor dia minggu depan! Bukan malah nego ingin pergi bareng sama anak itu! Anak itu malah bisa buat geser kamu dari pewaris tunggal perusahaan si brengsek itu!" pekik sang ibunda.  Anak itu , Adit. Aditya Argapraja maksud dari pembicaraan k...

UNTITLED - 304

Image
  Setelah salah tingkah tujuh keliling oleh Ghiffari, tiba saatnya di penghujung acara, menampilkan Maliq & D'Essentials. Habis dengan dua buah batang rokoknya, Ghiffari mencoba membuka kotaknya kembali untuk batang ke tiganya. Jemarinya tertahan oleh jemari mungil milik Juni.  "Udah ih. Lo punya asma. Bengek disini tau rasa lo, Gi. Gue gak mau nolongin." "Gue gugup Jun kalo di tempat rame gini. Kaya ada yang kurang aja kalau gak dipegang." Juni merogoh sesuatu dari tasnya. Mengeluarkan permen Alpenliebe rasa strawberry miliknya. Ia membukakan bungkus yang menyelimuti bongkahan loli tersebut. "AAA!" ucap Juni dengan kodenya menitah Ghiffari untuk membuka mulutnya.  Lolipopnya mendarat, "Makan itu aja! ngerokok boleh, tapi jangan sekaligus juga dong HUUU!"  Ghiffari hanya tersenyum, ia merasakan manis dari lolipop di mulutnya.  "Permen tuh beda sama rokok, Jun. Tetep gak ada yang gue pegang, ngga pede jadinya."  "Mau pegang...

UNTITLED - 303

Image
  Selesai dengan penampilan epic dari The Changcuters, Juni dan Ghiffari bisa menebak siapa selanjutnya yang akan mengisi panggung di depan mata mereka kembali.  Sepasang vokalis mengisi panggung utama, bukan tidak mungkin itu HIVI! Pandangan Juni tak lepasnya dari panggung. Serupa dengan yang Atuy katakan pada Ghiffari, matanya membulat sempurna, angin disini pun terasa berbeda, sesuai dengan perkataan Atuy.  Jika Juni dengan tidak hentinya memandangi kapan HIVI! akan memulai mengisi acara, berbeda halnya dengan Ghiffari. Dirinya begitu sibuk mengagumi sang puan disebelahnya itu.  "Lo kalau kesini cuma mau liatin gue aja tuh bilang Gi. lebih baik uang tiketnya kasih ke gue, terus lo liatin gue deh. Dari pada disini." ucap Juni. Ghiffari memalingkan pandangannya, "Siapa yang liatin ih."  "Terus kesini memang hapal lagunya? Bukannya lo lagu Indonesia phobic ya?" "YEEU, kata siapa gak hapal. Ini HIVI! kan? yang nyanyi lagunya dear nathan ."  Petik...

UNTITLED - 302

Image
  Jarum jam tepat berada di angka tujuh dan angka dua belas, dengan demikian waktu menunjukkan pukul 19.00. Riuh dari penonton yang telah berdatangan memenuhi Secapa AD, tempat F2WL diselenggarakan, serta checksound pengisi acara inti sudah mulai bergema.  Ghiffari hanya dapat membuang napasnya kasar. Ia sungguh benci dengan keramaian, namun disisi lain dirinyapun penasaran setengah mati, kali ini siapa sosok lelaki yang Juni pilih sehingga bukan ia yang menjadi pilihannya.  Ghiffari mengambil posisi barisan paling belakang mendaratkan tubuhnya duduk di pagar pembatas area acara, sebenarnya malas berdesakkan alasannya.   "Buat temen-temen disini. Banyaknya dateng sama pacarnya nih ya? Ah tenang aja buat yang sendiri, kita temenin kok! Musikk.. Mainkan....."  Kau yang kini dilanda patah hati. Jangan takut, aku ada disini. Menemanimu. Menemanimu. Ah sial. Batin Ghiffari.  Lagu pembuka dari Mocca seakan menggambarkan dirinya malam ini, sendiri dan patah h...

UNTITLED - 299

Image
  "Aku mau nyerah boleh gak Jun? Aku cape banget kaya gini." ucap Juniar.  "Hei.. Jangan Juniar. Lo harus kuat terus." "Sampai kapan Jun?" ucap Juniar sambil memainkan kukunya.  Keduanya kini berada di bagian teratas Paris Van Java. Juni yang memilih tempat ini. Dirinya tahu yang Juniar butuhkan sekarang hanya ketenangan, bukan riuhnya F2WL yang sebelumnya ia idamkan. Suara gemercik air yang turun dari miniatur air terjun, serta hembusan angin sore menjelang malam menemani keduanya berbagi cerita.  "Sampai mama sayang sama lo seutuhnya." sambung Juni, "Lo harus bertahan selama itu Juniar." "Aku gak bisa ngira itu bakal selama apa Jun. Aku gak tahu aku bakal kuat apa enggak." ucap Juniar. Juni mengambil tangan kiri dari sosok lelaki tinggi disebelahnya. Mengangkat lengan sweater abu-abu yang menutupinya. "Mau sampai kapan tangan lo sakit kaya gini, Juniar?" ucap Juni dengan pandangannya melihat pada bekas luka ditanga...