UNTITLED - 326
Keduanya kini telah sampai di lobby Pullman Grand Central dengan masing-masing yang sungguh basah kuyup. Ghiffari menatap layar ponselnya melihat notifikasi yang masuk dengan kening yang berkerut,
Mas Ghiffari, saya dari pihak sponsorship, mohon maaf yang sebesarnya, pertemuan kali ini kita tunda bagaimana? Pihak CSR perusahaan masih menelaah ulang perihal pengajuan dana dan kerjasama yang akan dilakukan, sekali lagi kami mohon maaf.
Ghiffari tipe orang yang tidak suka dengan 3 hal, terlambat, ingkar janji, menyepelekan. Notifikasi diponselnya tadi membuat dirinya geram, namun emosinya yang hendak meledak terinterupsi saat dirinya melihat Juni yang sudah kedinginan. Ah sial, Juni punya Hipotermia kenapa diajak hujan-hujanan, Ghiffari! umpatnya dalam hati. "Are you okay Jun? Pertemuannya ternyata batal." ucap Ghiffari.
Juni hanya mengangguk. "I'm o-kay Gii.. Yaudah kalau gitu kita pu-lang lagi aja."
Diluar masih hujan deras. Bukan hanya deras, ini hujan yang begitu lebat, berada disini pun sama saja bunuh diri membiarkan Juni kedinginan setengah mati akan AC lobby Pullman yang begitu besar. "Tunggu disini."
Ghiffari membawa dirinya pada meja receptionist mengisi lembar demi lembar, membuka dompetnya mengeluarkan dua buah kartu, KTP serta kartu debitnya. Selang beberapa detik kedua buah kartunya dikembalikan berikut dengan sebuah access card. Dirinya menghampiri sang puan kembali.
"Yuk. Kuat jalan gak?" ucap Ghiffari lembut. Juni menjawabnya dengan anggukkan. Namun tak sejalan dengan apa yang Juni isyaratkan. Melihat hal itu, tanpa pikir panjang Ghiffari menggendong tas dirinya dan tas milik sang puan di dadanya. Setelahnya dirinya memposisikan setengah jongkok dan menghadapkan punggungnya pada Juni, "Sini, ngga usah jalan."
Sesampainya di ambang pintu Executive room yang ia pilih, Ghiffari menempelkan kartu aksesnya, kini menampilkan kamar besar dengan king size bed putih beserta city view yang menakjubkan. Bandung saat hujan memanglah indah oleh sebabnya pemandangan dari atas sini pun menjadi sempurna.
Ghiffari mendudukkan sang puan di ujung ranjang. Buru-buru ke nakas toilet mengambil 4 lembar handuk yang tersedia. Membungkus sang puan dengan dengan handuk tersebut berharap airnya meresap. Dengan telaten Ghiffari mengeringkan rambut Juni dengan hairdryer yang tersedia.
"Gi. Ka-mu juga ba-sah ta-u. Nan-ti ma-suk angin." ucap Juni gemetar, tangan mungilnya mengecek seragam Ghiffari. "Gue. Gapapa, ini udah setengah kering. Tinggal pa-ke selim-ut aja."
Ghiffari mengecek seragamnya, ia begitu fokus pada Juni sehingga melupakan dirinya sendiri. "Sebentar. Kamu bisa pegang ini kan? Arahin aja ke badan kamu biar anget." ucap Ghiffari menyerahkan Hairdryer pada Juni. Dirinya membuka seragamnya, menyisakan dirinya yang berbalut kaos dengan rambutnya yang masih basah.
"Masih kerasa dingin gak?" tanya Ghiffari setelah ia menanggalkan seragamnya.
"Ma-siiih.. ta-pi gak a-pa a-paaa.."
"Ini gak bakal bisa cepet selesai kalau kamu gak ganti baju. Cewe jarang bawa baju ganti kaya kaos gitu ya?"
Juni menggeleng, "U-dah gak a-pa.. apa"
"Aku yang apa-apa Jun. Aku takut kamu kenapa-napa. Pake punya aku ya? Aku suka bawa kaos. Ini di ganti ya?" tunjuk Ghiffari pada seragam Juni.
Ghiffari mengambil kaos putih dari tasnya. Untung saja tasnya ini waterproff sehingga isi di dalamnya tidak tersentuh air sedikitpun.
Melihat tangan Juni yang sungguh gemetar, dirinya menyimpan kaos putihnya itu, menutup gorden abu-abu kamarnya itu dengan rapat dan menghampiri Juni kembali, "Aku aja yang gantiin ini."
Dengan telaten, Ghiffari menanggalkan satu persatu kancing seragam Juni, di deppannya kini hanya menyisakan pemandangan kulit putih dan pakaian dalam berwarna hitam milik sang puan saja, ia memakaikan kaos miliknya pada Juni. Melihat rok Juni yang begitu basah kuyup, Ghiffari hanya menatap sang puan dengan teduh,
"Hei.. aku gak bawa bekel celana, tapi rok kamu basah. Roknyaa dibuka aja ya? Kaosku ini oversize, jadi mungkin nutup sampai paha kamu."
Juni hanya mengangguk.
Dengan telaten kembali, Ghiffari melingkarkan setengah tubuhnya pada Juni, mencari kancing dan resleting untuk membukanya. Setelah berhasil, kini Juni sudah berganti pakaian kering milik Ghiffari, walaupun hanya kaos oversize saja.
Jujur, Ghiffari pun lelaki normal. Siapa yang tahan ada diposisi seperti ini, dikurung dengan seorang wanita pujaan semua mata.
Bel kamarnya berbunyi, Ghiffari menghampiri ambang pintu tepat suara tersebut berasal, mengambil pesanan yang ia pesan sebelumnya. Secangkir teh hangat dan sekaleng bir dengan alkohol sedang.
"Minum ini dulu biar anget." Ghiffari memberikan secangkir teh tersebut dengan memegangi leher belakang Juni agar kuat menopangnya. Kemudian menyimpan teh tersebut pada nakas disamping ranjang.
Dirinya kemudian membuka kaleng bir pesanannya. "Nah kalau aku kedinginan, minumnya ini. Tapi jangan bilang-bilang ya? Hahaha.." Matanya menyipit setelah tersenyum, lalu meneguknya. "Ahhh tuhkan anget kesini." Ghiffari mengusap dadanya.
Juni hanya tersenyum dengan bibirnya yang masih gemetar namun kondisinya masih lebih baik daripada sebelumnya. "Gi, kamu kan tahu a-ku sembuhnya kalau dipeluk. Kenapa repot sampai pake uang-mu take kamar ini."
Posisi keduanya kini sama-sama duduk di ujung ranjang, Ghiffari meneguk birnya kembali, "Masa pelukannya di lobby. Kalaupun iya, aku gak mau ada yang lihat, kamu tahu kan aku orangnya introvert. Hahaha. Ya pesen ginian doang mah gak apa-apa."
Ghiffari meneguk birnya kembali, menghabiskan tetesan terakhirnya, "Sekarang masih dingin gak?"
"Engg-ak begitu. Ma-kasih ya?"
Ghiffari mengangguk dengan senyum tersimpul dari bibirnya. "Tapi masih gemeteran itu ngomongnya, berarti sekarang dipeluk mau?"
Juni menangguk. Ghiffari mengecek dirinya, kaos yang ia kenakan yang semula menjadi pelapis dari seragamnya ini setengah basah, sama saja dengan bohong jika memeluk Juni dengan keadaan seperti ini.
"Ini aku buka gak apa-apa?" Ghiffari menunjuk pada kaosnya sendiri.
"Buka aja, mau buk-tiin ju-ga ka-ta Egas pe-rut-mu kotak-kotak?"
"Wah ngomong masih gemeteran gitu aja berani nantangin ya.." ucap Ghiffari sekaligus dengan dirinya yang menanggalkan helaian pada tubuhnya. Dirinya berjalan menaiki ranjang. Memposisikan punggung dan kepalanya menyandar di headboard ranjangnya itu."Sini," Ghiffari menepuk kedua pahanya isyarat pada Juni.
Juni menghampiri Ghiffari dengan dirinya yang mendudukan dirinya di paha sang tuan. Menenggelamkan kepalanya di dada Ghiffari. Detak jantungnya begitu tenang menghanyutkan. Punggungnya terasa hangat akan usapan lembut dari Ghiffari.
"Gi.."
"Hmm.."
"A-ku da-ri dulu ben-ci tahu sa-ma musim hu-jan. Ya, Gini. Bu-at aku lemah doang. Tapi kayaknya musim hujan bakal jadi musim yang aku tunggu. Me-skipun besok aku flu atau aku demam, tapi hujan sama ka-mu adalah cuaca terba-ik bagi aku."
Ghiffari merasakan dadanya bergetar pengaruh kalimat yang Juni ucapkan. Membuatnya tertawa kecil.
"Ih kamu mah malah keta-wa!!!"
"Ya habisnya lucu, dada aku geter-geter. Terus kamu masih gemeteran gitu aja sok-sok an ngomong panjang."
"IHHH GA-K DI-DENGER-IN YA?"
Ghiffari mengangkat kepala sang puan yang bersandar di dadanya, menangkup kedua pipinya, "Aku juga seneng dan makasih sama hujan. Walaupun buat kamu flu besok dan buat aku demam besok, tapi hujan sama kamu, cuaca terbaik juga menurut aku."
Ghiffari menarik rahang sang puan, mendaratkan kecupan di bibir sang puan yang masih gemetar. "Aku masih bingung obat bibir gemeter tuh apa. Semuanya berhasil kecuali gemeter itu yang belum ilang."
"Kalau di-ke-cup doang kayaknya ema-ng gak- bi-sa deh, Gi."
Ghiffari hanya tersenyum kecil mendengarnya, dirinya menarik rahang sang puan kembali, namun sebelum bibirnya mendarat, satu kalimat terucap kecil terdengar di telinga sang puan, "As you wish, sayang."
Bibir keduanya kini bukan hanya bertukar kecup, melainkan saling bertaut satu sama lain. Ghiffari dengan telaten menyesap bibir mungil sang puan dan mendaratkan gigitan demi gigitan kecil nan gemasnya disana. Lidah keduanya saling bersinggungan, menyapa satu sama lain.
Milik Ghiffari seakan menyimpan candu, entah karena bir ber-alkohol yang sebelumnya ia minum. Kedua mata mereka saling terpejam. Seakan merasakan nikmat yang selama ini tertahan terucap dibibir keduanya.
Ghiffari mengakhirnya dengan kalimat yang ia bisikkan pada telinga sang puan. "Waktu itu kamu tanya username twitter ku apa ya? Aku kasih tahu. Tapi jangan dicari ya? Isinya cuma kamu doang soalnya."
"Apa memangnya?" ucap Juni dengan tatapannya yang sendu.
Ghiffari tak menjawab, hanya memarkirkan bibirnya pada ceruk leher sang puan, memberi warna keunguan tanda kepemilikan disana, "Sama kayak ini," tunjuknya pada tanda tyang telah ia buat, "'punyaghiffa'."
Uwaduuuu ahayy
ReplyDeleteTeh apa msh waras saya di giniin , msh pagi pisan teh 😭😭😭😭🙏🙏🙏
ReplyDeleteMBL MBL MBL Meleyot Banget Loch
ReplyDeletepunten ieu yaampun gusti😭😭😭😭😭😭
ReplyDeleteAaaaaa ghiffa
ReplyDeleteOMO OMO OMO.
ReplyDeleteSTRESSSS UDAH NGASIH TANDA AJA DI LEHERNYA JUNI😭😭😭😭🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽
ReplyDeleteDuhh gustiii baper :(
ReplyDeleteKAK VIAAA😭😭😭😭😭
ReplyDeleteTOLONG BANGET INI MAHH AGSBSHSHSHSNSJKS
ReplyDeleteajg lo ghiffari bikin gue pagi2 kek orgil senyum2 sendiri
ReplyDeleteAa Gipaaa, kamu bisayukkk nahannya🙂
ReplyDeletePagi2 membaca ke UWU an ini ,ya allah... mo teriak gk mungkin ini didlm kereta 🤦♀️ tp gregetan sendiriiii ,tidaaaaaaaaaaaak mau dicium ghiffa jugaaaaaaaaaaa 🥵
ReplyDeleteGue jadi juni udah menyublim
ReplyDeleteANJIRRRR MERINDING AAAAA GIPAAAAAAAAAAAAA
ReplyDeleteSi A gifa bisaan Kitu euy mengiri pisan:(
ReplyDeleteAKAJJSJSSJNSNSJS SALTING SENDIRI BACA NYAAA
ReplyDeleteWahh gipaaa, sekalinya bergerak lbgsung trobos aja ya
ReplyDeleteEMG GIPA BENER2 LO YE
ReplyDeleteAhhhhhh apa kah ini awal awal bakala n ada adegan 18+ ??
ReplyDeleteUwuuuuu parah nih gifa
Anj, gipaaa dohhhhhhhh
ReplyDeleteJuni yg di sayang2an kenapa gue yg gila
ReplyDeleteNyamnyam sama cuaca hujan emang gada obat dah
ReplyDeleteYaallah gini nih bangun tidur baca au jd kek reog aing gilaaaa
ReplyDeletebangun tidur ku terus gila🙂
ReplyDeleteHeh gipa ksksksksksksks
ReplyDeleteYa Gusti 😭🙏
ReplyDeleteBBL BBL BBL BAPER BANGET LOCHHHH😖😣😣
ReplyDeleteDuhhh gipaaa 😭😭😭
ReplyDeleteYA ALLAH TEHH GW MAU GILAAAA 😭😭😭😭😭😭😭😭😍😍😭😭😍😭😍😍
ReplyDeleteGASSS TEROSSS GIFA!!! AYOOO JANGAN KASIH KENDOR!!!! aku capek bngt neriakin gifa😭 bapernya totalitas 😭😭😭
ReplyDeleteDUH GUSTI KAPAL KUU DIKIT LAGI BERLAYAR YOK BISA YOK
ReplyDeleteGHIFFARI MAJU LO SINI! Bikin meleyot aja cape aing
ReplyDeleteADUH EUY ADUH EUYYY ISUK KENEH AKU BACANYA EUYÝ SAYA GA WARAS KALO GIFA GINI
ReplyDeleteTBL TBL TBL TBL TBL
ReplyDeleteANJINKK BRENGSHAKE MLAH CUDDLE AISJANS
ReplyDelete😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
ReplyDeleteGak warasssss ghifffaaaaaa
ReplyDeleteUdah di kasih tanda :(((
ReplyDeleteghifa km liar jga rawr
haduhhhh ga semua orang kuat kak😔🙏
ReplyDeletePUNYAGHIFFA😭😭
ReplyDeleteGUSTI😭
ReplyDeleteA GIFA MON MAAF NGADI NGADI YA PAKE NGASIH TANDA SEGALA😭😭😭
ReplyDeleteGILAAAA AAAAAAA ADHH SYA DRI TD NGEGIGITIN BANTAL LOHH YA ALLAH
ReplyDeleteSumpah salto gue.... GHIFA, MASIH BISAKAH GUE JADI JUNI LO?
ReplyDeleteGUE LEMAH BACA NYA YAA TOLONGGGGG GUE YANG GA KUAT BACANYA
ReplyDeleteResmikan lah gif..
ReplyDeleteggiiiiipppppaaaaaa anjjiiirrr lh
ReplyDeleteGak kuat mental yupi ku😭💓💓
ReplyDeleteYaampunn sebaper bapernya , senyum snyim sndiri ihh aa gifaaa knpa aku yg berbunga2 kyak brasa jd juni
ReplyDeleteJUNI JANGAN LUPA DIA PEMUDA HIJRAH
ReplyDeleteALLAHU AKBAR INI LEMES BGT😭 ASKSHDHDJ GHIFAAA😭😭
ReplyDeleteTOLONG SERIUSAN INI TEH TDK KUAT SY T_T A GHIFAA ADUHHHH😭😭😭😭
ReplyDeleteYA ALLHH GHIFFA MAU SM AKU AJ GAKKK
ReplyDeletegifa badan gw panas dingin rasanya
ReplyDeleteBUSETTT TAPI GAPAPA LANJUTIN GAPAPA
ReplyDeletePERMISI SAYA MAU ROLL DEPAN! 🤸😭
ReplyDeleteGhifaaaaa, bisa gila lama-lama gue 😭😭
ReplyDeletePls dehhhhh
ReplyDeleteBISA GILA GUEE🧎🏻♀️
ReplyDelete