UNTITLED - 299




 

"Aku mau nyerah boleh gak Jun? Aku cape banget kaya gini." ucap Juniar. 

"Hei.. Jangan Juniar. Lo harus kuat terus."

"Sampai kapan Jun?" ucap Juniar sambil memainkan kukunya. 

Keduanya kini berada di bagian teratas Paris Van Java. Juni yang memilih tempat ini. Dirinya tahu yang Juniar butuhkan sekarang hanya ketenangan, bukan riuhnya F2WL yang sebelumnya ia idamkan. Suara gemercik air yang turun dari miniatur air terjun, serta hembusan angin sore menjelang malam menemani keduanya berbagi cerita. 

"Sampai mama sayang sama lo seutuhnya." sambung Juni, "Lo harus bertahan selama itu Juniar."

"Aku gak bisa ngira itu bakal selama apa Jun. Aku gak tahu aku bakal kuat apa enggak." ucap Juniar.

Juni mengambil tangan kiri dari sosok lelaki tinggi disebelahnya. Mengangkat lengan sweater abu-abu yang menutupinya. "Mau sampai kapan tangan lo sakit kaya gini, Juniar?" ucap Juni dengan pandangannya melihat pada bekas luka ditangannya. 

"Dunia memang jahat, tapi bukan berarti lo harus jahatin diri lo kaya gini." ucap Juni dengan dirinya mengeluarkan hansaplast dari sling bag nya. "Kalau disini, lo mati. Terus gue nangis. Bahureksa nangis." tunjuk Juni pada ubagian urat nadi Juniar.  

"Nambah nangis malah, habisnya kemarin ditinggalin sama Mingyu sama yang kecil itu, Yonjun ya?" sambung Juni kembali. 

Juniar mengangguk menandakan iya. Dengan telaten Juni menempeli tangan Juniar yang penuh dengan luka akan pelampiasan Juniar sendiri pada dirinya. 

"Kalau lo gini terus, pabrik hansaplast bisa habis tau. Rebutan yang belinya Adit sama gue." cibir Juni, bibirnya maju dua sentimeter. 

gemas. batin Juniar.

"Makasih ya, Jun." ucap Juniar. Tangannya mengelus pucuk kepala Juni. 

"BENTARR BELUM SELESAI!!!" teriak Juni. 

"Ini udah semua ketutup." ucap Juniar dengan memindai seluruh lengan kirinya. 

"Belum. Diem!" jawab Juni kembali dengan merogoh sesuatu pada sling bagnya kembali. Ia mengeluarkan ballpoint sarasa favoritnya, membubuhkan tanda tangannya di atas luka yang telah ia tutup. 

"Tanda tangan gue. Biar lo selalu inget kalau lo mau nyakitin diri lo, sama aja lo nyakitin gue. motong-motong gue kaya sayuran huhuuu.." ucap Juni sebari dirinya pura-pura menangis seperti anak kecil yang ingin permen. 

Juniar kembali mengusap pucuk kepala Juni. "Iya janji. Gak lagi. Makasih ya.."

Juni kembali membungkukkan tubuhnya, membubuhkan sesuatu pada sisi hansaplast di luka yang lain. Juniar kembali penasaran, dalam batinnya. Kali ini apa? 

"DAHH SELESAII YIPII!!" 

Di lihatnya oleh Juniar, hasil karya sang puan yang baru selesai dibubuhkan diatas lukanya yang telah ditutup,


Semangat! Lo bisa! Ada gue nemenin lo kok :D


"Juni. I dunno how much i must to say thank you for you. Makasih ada buat gue. Kalau lo gak ada di samping gue sekarang, mungkin bener apa kata lo tadi, hari ini Bahureksa bakal sedih. Kehilangan satu orang lagi." ucap Juniar.


"Sama-sama Juniar. Anytime gue ada buat lo kok.. Panggil gue aja ya! I'll be your one call away." ucap Juni dengan segurat senyum tulus yang keluar. 


"Gara-gara gue, lo jadi gak F2WL. Mau sekarang? Gue cari calo tiketnya deh. Yang tadi udah gue robek saking keselnya sama hidup gue."


"AHHHH GAUSAH JUNIARR GAUSAHH GAPAPA-GAPAPAA MASIH ADA TAHUN DEPAN SANTAI AJA." 


Takut. 


Juni takut setengah mati jika dirinya kesana sekarang dengan Juniar, bukan tidak mungkin akan bertemu dengan Ghiffari. 


"Yukk? Gue cari ya tiketnya?"


tlinggg..


Suara notifikasi dari ponsel Juni terdengar nyaring. Membuat Juni dengan cepat membuka ponselnya, menampilkan sebuah nama dari notifikasi ponselnya. 


"Ayo udah sana tuh, pergi." 


"LO KENAPA LIAT-LIAT YATUHANNN!"


"Hp lo kaya nenek-nenek brightness nya tinggi banget. Kaya sepuh hahaha, keliatan lah sama gue. Sana pergi, sampai dinyalain gitu notif nya dia hahahaha... " 


"Hurry up, Jun.!" ucap Juniar kembali.


"Yeee malah ngelamun. Gue gak apa-apa. Kan udah janji sama lo. Cepetan, keburu Changcutersnya mulai." 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

36 — UNTITLED: bahureksa

59 — UNTITLED: bahureksa.

41 — UNTITLED: bahureksa