Posts

183 - UNTITLED : bahureksa.

Image
  “Nasi gorengnya dua mas. Satu double telor satunya lagi satu aja telornya tapi agak gurih ya yang itu, pedesnya jangan banyak-banyak dikit aja, soalnya dia cupu ngga kuat  pedes siah mas.” cakap Raka dengan lancar tanpa perlu bertanya pada sahabatnya itu. Ghiffari mengambil posisi untuk duduk disebelah Raka yang sudah lebih duluan menempati kursinya.  “Depan gue setaaan ah, jangan sebelahan kayak mau balap makan. Biar keren kayak kita kolega bisnis dong.”  Mendengar itu Ghiffari langsung bangkit, mengambil kursi plastik dan duduk berhadapan dengan Raka. “Monyet nyusahin.” “Lo yaa setaan.. Tuhkan keren gini kita kayak gembong narkoboy lagi diskusi distribusi ke pelosok negeri.” “Tolol ngomong keras-keras. Gimana kalau abangnya itu intel, monyet.” tekan Ghiffari. Raka dan Ghiffari langsung menatap mas-mas nasi goreng yang sedang membuatkan pesanan keduanya. Merasa diperhatikan, mas nasi goreng tersebut akhirnya menoleh. Wajahnya seram mirip tukang pukul. Membuat Gh...

182 - UNTITLED: bahureksa

Image
  Saatnya ku berkata. Mungkin yang terakhir kalinya. Sudahlah lepaskan semua. Ku yakin inilah waktunya. Sukma memasukkan kembali ponsel miliknya pada saku depan jaketnya setelah melihat beberapa cerita instagram dari beberapa nama yang memang menjadi tujuannya, Sukma tersenyum miring. Gotcha! batinnya. Buru-buru Sukma menarik pergelangan tangan Juni di sebelahnya yang benar-benar khusyuk dengan kedua irisnya menatap suar cahaya panggung.  "Mau kemana ih Ma.. Belum selesai."  "Pindah tempat ayo. Disini banyak copet. Lo mau dicopet?"   "Hah serius ada copet?" dengan polosnya Juni memindai kanan, kiri, depan bahkan belakangnya.  "Mending pindah ayo." tarik Sukma.  Sebisa mungkin Sukma mengingat-ingat posisi kedua sahabatnya, Ghiffari dan Raka. Menelaah dan memindai tempat yang serupa mirip dengan cerita instagram yang baru ia lihat. Sesekali matanya menatap langit mengingat-ingat dengan tangannya yang tak lepas menuntun Juni. "Air panaaass.. ...

59 — UNTITLED: bahureksa.

Image
  Remang lampu penerangan jalan umum menjadi saksi bisu pertemuan atas ribuan hari yang terlewatkan dua orang insan. Melawan asa rindu yang menggebu. Untuk pertama kalinya setelah delapan tahun tak pernah terpisah, lalu dengan pelik tiga tahun tersiksa atas jarak yang tak bisa dikikis, akhirnya Juni dan Sukma bertemu.  Sukma masih tidak menyangka. Bertemu dengan sahabatnya kembali. Ia tak pernah henti melantunkan doa yang sama selalu di setiap lima waktu ibadahnya. "Saya ingin ketemu kembali. Walau hanya sekali." Sayang, jarum jam terlalu romantis hingga jarum pendek dan panjangnya bertaut diangka dua belas. Dunia sudah tidur. Waktu yang tepat untuk Juni menikmati sisanya, ia harap jagat semesta tak dulu terbangun. Bandung pada waktu tersebut memang belum sepenuhnya sepi. Namun beberapa tujuan tak bisa diwujudkan.  Terlalu malam. Sejauh mata memandang, temaram lampu penjual dimsum di sepanjang Jalan Dipatiukur masih dapat terlihat, namun isi dari setiap kukusan nya raib. ...

41 — UNTITLED: bahureksa

Image
  Dua makhluk yang mahir tinju kini sudah duduk di bangku kayu panjang milik tukang nasi goreng diujung komplek tepat dimana indekos Abel berada. Keduanya saling berhadapan.  Menengok ke arah penjual nasigoreng tersebut, Tipal membuka ucapannya. "A, nasi gorengnya yang special satu dibungkus ya.."  "Lo sialan banget ya tadi. Tumbalin gue tanpa tangan lo sendiri kena kotor. Licik lo sumpah!"  "Tipal." ucap Tifaldi. Abel terdiam. "Nama gue Tipal."  Emosi Abel tersulut. "Ya bodo amat deh nama lo mau siapa. Tapi lo gak bisa dong seenaknya gitu. Waktu diatas aja lo bilang gue satu sisanya lo. Buktinya mana?! Kalau gue babak belur gimana?" "Gabakal" jawab enteng Tifaldi, mengambil kerupuk dari toples dihadapannya. "Lagian liat jaket lu aja mereka udah ciut duluan pasti." Tunjuknya menggunakan kerupuk.  Abel memandangi logo dan kata "STM" di dada kirinya. "Hadeuh panas juga." Tipal membuka Jaket miliknya...

36 — UNTITLED: bahureksa

Image
Nyaring terdengar suara Yamaha XSR membelah sepinya Bandung tepat pada jarum jam bertaut diangka sebelas dan dua belas. Jangan remehkan Tifaldi bila menyangkut kepemilikannya, Juni maupun Regas. Ia bisa berubah menjadi brutal seratus kali lipat bukan hal yang mustahil.  Patah leher lo  kalimat andalannya. Rahangnya mengeras. Kepalan tangannya makin kuat pada kuda besinya. Berharap secepat mungkin sampai pada tujuannya tanpa terlambat sedetik pun.  Bagian sektor kaki kanannya menginjak pedal, mengganti gigi motornya menjadi gigi yang lebih rendah bersamaan dengan tangan kirinya melepas kopling. Menancapkan gasnya hingga jarum speedometer menyentuh angka 120.  "Anjing."  umpatnya.  Masih diluar nalarnya, mengapa anak jongkok bisa mengetahui kediaman Juni yang selama ini ia sembunyikan dari jagat raya.  Kapasitas otaknya tak berfungsi dalam keadaan seperti ini. Dirinya - Juni - tetangga baru kakaknya itu - anak jongkok, apa pola hubungannya? pikirnya kera...

410 - UNTITLED

Image
Remangnya cahaya lampu Toko milik mas Manji menjadi saksi bisu dari tegangnya malam ini. Tokman sudah diisi penuh oleh bahureksa dan satu orang tambahan, Egas.  Hening.  Tak ada yang memulai percakapan.  Masing-masing hanya tertunduk di tempatnya masing-masing. Di sebuah kursi panjang dari kayu tanpa sandaran. "Disini gak ada yang salah." buka Ghiffari, "Bahkan semuanya salah. Kita semua punya salahnya masing-masing, termasuk gue." Ghiffari mengangkat kepalanya, "Kalau jadi Raka pun, gue pasti bakal lakuin hal yang sama, lindungin Juniar yang gue punya satu-satunya dengan cara apapun. Raka juga gak tahu dengan jadi informan STM bisa jadi kayak gini. Karna ya memang gak ada yang tau maunya mereka apa. Sekarang kembali sama lo semua, keputusan keluarin Raka dari Bahureksa gue balikin lagi ke lo semuanya." Semuanya menegakkan bahunya mendengar kalimat Ghiffari. "Ekhem, biarin gue ngomong dulu, sebentar. Bener apa kata Ghiffa, Raka sebenernya gak tahu apa...