36 — UNTITLED: bahureksa
Nyaring terdengar suara Yamaha XSR membelah sepinya Bandung tepat pada jarum jam bertaut diangka sebelas dan dua belas. Jangan remehkan Tifaldi bila menyangkut kepemilikannya, Juni maupun Regas. Ia bisa berubah menjadi brutal seratus kali lipat bukan hal yang mustahil.
Patah leher lo kalimat andalannya. Rahangnya mengeras. Kepalan tangannya makin kuat pada kuda besinya. Berharap secepat mungkin sampai pada tujuannya tanpa terlambat sedetik pun.
Bagian sektor kaki kanannya menginjak pedal, mengganti gigi motornya menjadi gigi yang lebih rendah bersamaan dengan tangan kirinya melepas kopling. Menancapkan gasnya hingga jarum speedometer menyentuh angka 120.
"Anjing." umpatnya.
Masih diluar nalarnya, mengapa anak jongkok bisa mengetahui kediaman Juni yang selama ini ia sembunyikan dari jagat raya.
Kapasitas otaknya tak berfungsi dalam keadaan seperti ini. Dirinya - Juni - tetangga baru kakaknya itu - anak jongkok, apa pola hubungannya? pikirnya keras.
Yang jelas, pikirannya hanya menemukan satu pola, kekalahan anak jongkok tadi sore saat ia membeli teh gelas.
6 jam sebelumnya....
Jika bukan karena kolom chat Bahureksa yang berubah suasana menjadi kolom chat korban algojo Majapahit atas adiknya yang mengamuk itu, Tifaldi malas menapakkan kembali kakinya di Warmindo depan kampus.
Namun tak ada pilihan lain hanya tempat anak jongkok berada itulah teh gelas beku bisa ia temukan. Biasanya Egas tak pernah sebegininya.
Dirinya mana tahu adiknya begini karena kesal akan rencana sang adik yang tak berbuah manis, menarik perhatian dari komdis, orang yang Tifaldi paling benci. Ditambah lagi dengan perhatian komdis yang sepenuhnya berpusat pada lelaki yang paling dicari anak jongkok tersebut.
Dan terakhir, teh gelas milik adiknya itupun disesap olehnya. Tifaldi tidak tahu sebab dari adiknya semarah itu.
Tifaldi tidak tahu akan itu.
Tifal membuang napasnya kasar sesaat setelah sampai di warung berukuran kurang lebih 2x3 meter depan kampusnya itu. Dari kejauhan saja sudah terlihat lima orang berjongkok didepannya dengan sebatang rokok dan asapnya yang mengepul diudara.
"Ah sial." ucapnya.
Bukan tidak mau melayani, Tifal hanya malas. Pantatnya kebas setelah seharian hanya duduk mendengarkan pemateri ospek.
"Ngapain lagi lo kesini dah. Cari ribut mulu." buka salah satu anak jongkok.
"Lah, gak boleh emang jajan?" jawabnya singkat. Tak mau membuang waktu ia masuk dengan sedikit tertunduk membuka spanduk yang menjuntai menutupi seperempat atas pintu masuknya, pandangannya langsung menuju kulkas warmindo. Namun pikirannya ternyata tak sesederhana mengambil teh gelasnya dan langsung pulang. Warmindo hari ini penuh.
Penuh oleh anak jongkok.
Sialnya, ia hanya sendiri kali ini.
"Wah, Tokman kaga punya kulkas apa sampe perlu studi banding kesini. HAHAHA." ucap suara yang ia saja tak tahu sumbernya dari mana.
Tangan Tifal terulur mengambil tujuan utamanya dari freezer dihadapannya. Tak menghiraukan ucapan tersebut. Merogoh duaribu rupiah yang telah disiapkan di saku jaketnya.
"Dua ribu ya, bu! Makasih." seraya langsung membalikkan badan.
"WOII..! PUNYA KUPING DIPAKE.. PUNYA MULUT DIJAWAB. DENGER KAGA LU?!"
Tifal membuang napasnya kasar. Kesabarannya diuji. Membalikkan badannya pada sumber suara. Ditatapnya lima orang duduk di kursi kayu panjang berhadapan dengan etalase mirip warteg.
"WEDEEEH.. SEREM AMAT BOS."
Satu dari anggota disana yang semula sedang jongkok diluar, masuk kedalam. Mengalungkan tangannya di pundak Tifaldi. "Katanya mau jajan aja dia."
"Ujungnya juga cari ribut biasanya si songong ini."
Tifaldi masih diam.
Demi Tuhan. Seumur hidup, Tifal tidak pernah mencari ribut. Yang ada, anak jongkok lah yang sengaja mencari ribut. Sudah jelas, mereka memang tongkrongan baru yang gencar mencari validasi publik.
Mencari cara agar bisa bersinggungan dengan Bahureksa, raja jalanan yang tak perlu divalidasi lagi akan kemampuannya.
Dan Tifaldi salah satu sasarannya karena mereka tahu, ialah yang mudah tersulut emosi.
Tifal melepaskan tautan tangan yang mengalung dipundaknya. Melangkah meninggalkan tempat tersebut.
Baru dua langkah, ia terhenti. Sebuah tangan memblokade pintu keluar. "Urusan lo belum selesai, dah pergi aja."
Tatapan mata elang dari lelaki yang memegang teh gelas beku itu meandakan amarahnya yang tak bisa lagi terbendung.
Ia hanya ingin membeli teh gelas. Cukup. Hanya itu.
Rahangnya mengeras. "Gue gak segan patahin leher lo kalau ini teh gelas cair setetes." suara bariton miliknya terdengar.
Tepukan kedua tangan tepat di depan muka Tifal, "ADUCHHHH TAKUUT NICHH LEHERNYA DIBIKIN BAKAL PATAH..."
"HAHAHAHAHHA..." saut semuanya.
"Bacot lo setan."
Bugh..
Satu tinjuan melesat mendarat sempurna tepat di muka anak jongkok yang mengolok.
Hampir seluruhnya disana; kurang lebih 9 orang bangkit. Menuju Tifaldi.
Tifal menyimpan teh gelasnya disaku miliknya. Mengeraskan jari-jarinya, "Udah gue bilang, gue gak segan hajar siapapun yang buat ni teh gelas bakal cair. MAJU LO ANJING!"
Hanya butuh sepuluh menit bagi Tifal melumpuhkan sembilan orang komunitas seumur jagung tersebut. Masih baru udah cari gara-gara gerutunya.
"Bu, tuker ya?!" Teh gelasnya mengacung di udara. "Keburu mencair."
—
Sesampainya pada tujuan utama; indekos milik Juni, ia melihat sembilan motor terparkir berantakan. "Ah bener anak jongkok." gumamnya. "Beraninya lo sampai tau tempat ini, anjing."
Langkah Tifal terhenti tatkala hendak masuk, melihat motor yang familiar selalu menjadi trending topik di kampusnya. Yamaha XSR yang serupa dengan miliknya. Bedanya, ada stiker BEM ITPAR di spakbor belakang. "Si komdis tetangga barunya Juni?"
Seluruh tanya dalam kepalanya yang penuh terjawab. Bukan anak jongkok yang mengetahui Juni dimana untuk dijadikan senjata, tapi Abel si komdisnya ini lah yang digunakan anak jongkok untuk memancing Tifal.
Tifal masih ingat dengan jelas dua hari yang lalu Abel ikut serta dengan Ghiffari untuk membantu sang adik.
"suruh siapa tu orang ikutan. jadinya berabe gini kan." gumamnya.
Namun bagaimanapun, Abel sudah membantu dua hari lalu. dan keselamatan kakaknya pun terancam hari ini. Mungkin membantu sebagai balas budi tak salah pikirnya.
Ia merogoh sakunya. Mengambil ponsel dan mengetikkan pesan,
Jun, gue disini. Jangan keluar sampai kapanpun. Itu bener musuh gue. Gue gak mau mereka jadiin lo senjata kelemahan gue kalau mereka tau lo juga disana.
Tutup telinga lo kalau takut.
Denger lagu tulus aja ya?
Ponselnya masuk kembali pada saku dalam jaket, bergantian dengan slayer merah yang ia keluarkan dan langsung ikatkan pada kepalanya. Menahan agar rambut yang sudah lumayan panjangnya itu tidak menghalangi dirinya kembali melayangkan tinju.
Dirinya naik ke lantai dua. Bertepatan dengan pintu kamar nomor 3 yang berhasil terdobrak.
"Belum puas lo berantem sama gua?!"
Anak jongkok hendak masuk. Namun tertahan setelah suara bariton yang mereka kenal terdengar.
"TURUN ANJING! GUA TUNGGU LO SEMUA DI BAWAH! GUA LADENIN LO SATU-SATU!"
Semua anak jongkok turun. Setengah takut—setengah berani. Tujuannya berhasil. Mereka juga tidak bodoh, tidak mau mengambil resiko dituntut jika barang di indekos ini banyak yang rusak. Mereka turun sesuai tantangan dari Tifal.
"Yang sore tadi belum puas. Teh gelas l0 keburu mencair." Orang terakhir menepuk bahu Tifal "Manjur juga gue ngejar bahureksa cewe, siapa lagi yang dateng habis ini? Ghiffari? atau siapa? hahahaa."
Tifal mendekatkan dirinya pada telinga pemilik sumber suara, "Gue dateng kesini bukan atas nama bahureksa. Bahureksa gak punya anggota cewe. Tanpa lo tau, cewe yang lo kejar, cewe gue." ucap tanpa pikir panjang.
Ia menepuk pundak lawan bicaranya, seakan ada debu tak kasat mata disana. "Dan gue gak segan patahin kaki lo karna buat dia takut."
((Cewek yang elo kejar, cewe gue))
ReplyDeleteAawww tipaaaaall hahahakksksks
Heh tipal istighfar
ReplyDeletetipaalll ailopyu
ReplyDeleteAwww tipal lop uuu🥰🥰🥰🥰
ReplyDeleteOmaygattt tipaalllll aku padamu 😍😍😍
ReplyDeleteANJAYANI TIPALDIIIIII🔥🔥🔥
ReplyDeleteAjsjakajana tipalllll
ReplyDeleteMulai deh tipal hemm
ReplyDeleteNanti jatuh cinta beneran nih tipal
waduh bakal ribet nih urusannya:))
ReplyDeleteegas suka abel, tipal ngakuin abel ceweknya sksksk
Duh egass 😥
ReplyDeleteduhh egas apa kabar ya?? wkwkwk
ReplyDeleteomg, gue baperr tipallll😭
ReplyDeleteAbis ini ada perang dunia 3 keknyaa ga si, eh bukan deng perang sodara😭
ReplyDeleteTifal lo ganteng banget fal...
ReplyDelete