410 - UNTITLED



Remangnya cahaya lampu Toko milik mas Manji menjadi saksi bisu dari tegangnya malam ini. Tokman sudah diisi penuh oleh bahureksa dan satu orang tambahan, Egas. 

Hening. 

Tak ada yang memulai percakapan. 

Masing-masing hanya tertunduk di tempatnya masing-masing. Di sebuah kursi panjang dari kayu tanpa sandaran.


"Disini gak ada yang salah." buka Ghiffari, "Bahkan semuanya salah. Kita semua punya salahnya masing-masing, termasuk gue."

Ghiffari mengangkat kepalanya, "Kalau jadi Raka pun, gue pasti bakal lakuin hal yang sama, lindungin Juniar yang gue punya satu-satunya dengan cara apapun. Raka juga gak tahu dengan jadi informan STM bisa jadi kayak gini. Karna ya memang gak ada yang tau maunya mereka apa. Sekarang kembali sama lo semua, keputusan keluarin Raka dari Bahureksa gue balikin lagi ke lo semuanya."


Semuanya menegakkan bahunya mendengar kalimat Ghiffari.

"Ekhem, biarin gue ngomong dulu, sebentar. Bener apa kata Ghiffa, Raka sebenernya gak tahu apa-apa. Bahkan gue juga turut andil salah juga disini. Gue bawa Juni yang habis putus dari Raka masuk ke lingkungan Bahureksa biar dia gak sedih doang, gue juga salah, gue egois. dan buat semua ini ngalir gitu aja bisa sejalan dengan rencana Orin." ucap Sukma. 


Raka hanya menundukkan pandangannya pada lantai tanah warung kecil serba ada tersebut. 


"Gue juga salah, kepancing masuk perangkap Orin. Bangunin singa yang lagi tidur dan malah ngajak dia main. Kalau aja gue gak serampangan dan lebih pertimbangin Orin tuh bukan orang yang bisa dilawan, gak bakal kayak gini. Kita gak bakal sampai kehilangan dua orang. Gue serampangan, gue gagal jadi ketua bahureksa. Gue juga salah, bukan Raka doang." ucap Ghiffari.


Disudut sana, sosok yang sangat terpukul mulai membuka suaranya, "A Raka, maafin Adit." ucapnya kecil, ia memainkan kedua ibu jarinya sebari menunduk memandangi agar kedua kukunya saling bertemu. 

Adit menghela napasnya dalam, "Gara-gara Adi-"


"Dit gak usah pikirin gue!" bentak Raka. 

"Gue emang salah, emang brengsek. Bahkan kalau akhirnya hukuman gue harus keluar bahureksa, gue gak apa-apa. Asal gue  minta satu sama kalian. Tolong temenin Adit, walau harus tanpa gue. Tolong terima Adit. Gue mohon, Gue mohon.. jangan jauhin Adit, Rumah gue udah rusak parah. Gue mohon tetep jadi rumahnya Adit." potong Raka. Ia tak mau sang adik kecilnya itu merasa bersalah. 


"Gi, bahkan gue tau, seharusnya gue dapet tinju lo itu. Sekarang Gi, sekarang! jangan sampai buat Adit merasa bersalah sama dirinya sendiri, gue mohon. Gue pukul gue sekarang. Sampai gue mati. Kalau itu bisa buat Adit berhenti akan rasa bersalahnya, bisa buat dia tetep ditemenin disini, gue gak apa-apa! Pukul gue, sampai mati, Gi! Biar Adit gak perlu ngerasa bersalah." Raka menghampiri Ghiffari dengan mengambil tangan sang ketuanya itu, membawanya pada pusat jantungnya berdetak, isyarat untuk mempersilakan Ghiffari menghajarnya.


"Pukul gue sekarang! Habisin sekarang!" pinta Raka. Tangannya mengambil tangan sang ketua, menangkup dan mengarahkannya pada pipinya sendiri berulang kali mencoba tangan Ghiffari untuk melayangkan tamparan padanya.


Pada hari ini, Bahureksa pertama kalinya melihat setetes air mata yang turun dari sosok tangguh yang tak pernah mengeluh. Memendam masalahnya seorang diri, Raka Argapraja.


Raka, sosok anak tunggal yang kesepian. Dari ia kecil, rumahnya tak pernah ramah. Hingga datang sang adik kecil, Aditya yang mengambil juga nama Argapraja dari dirinya. Sakit, berbagi kasih sayang sang ayah dengan sosok adik barunya itu. Namun perlahan, harinya terisi dengan sosok lemah lembut dan pengertian, Aditya Argapraja. Hingga semesta begitu jahat pada sang adik kecil, rasanya lebih sakit daripada harus berbagi kasih sayang. Ya, melihat Adit kesakitan rasanya lebih menyayat, membawa Raka mengorbankan seluruh yang ia miliki, demi sosok yang sungguh ia sayangi.


Ghiffari mendekati sosok di depannya. Raka sudah tahu, itu gilirannya. Ia menutup matanya,  menikmati sensasi sakit yang akan menimpanya. Raka sudah tersenyum sebari menikmati tinju demi tinju yang sebentar lagi akan bersilaturahmi dengan seluruh tubuhnya. 

Bahkan jika ia mati hari ini, ia janji akan mati dengan tersenyum seperti ini. Raka hanya ingin sang adik kecilnya tahu, ia disini berdiri tegak di baris terdepan menyayangi sang adik sepenuh jiwa dan raganya. Bukan kepalan tangan sang ketua yang ia temui. Tubuhnya malah menghangat. 


Peluk sang ketua.


"Gue salut sama lo Rak. Gue aja sebagai kakak malah brengsek. Gak seberani lo ini. Bahkan, gue biarin adik gue untuk masuk perangkapnya Orin. Ketakutan seorang diri disana. Gue gak seberani lo. Lo gak salah, semuanya juga ada andil gue, maupun bahureksa di kasus ini. Yang udah terjadi, ya udah. Kita gak bisa balikin itu. Jangan ngutuk diri lo kayak gini." ucap Ghiffari. Dirinya memeluk dan mengusap hangat punggung dihadapannya itu.


Ghiffari merasa ada seseorang yang menepuk punggungnya. Hingga akhirnya ia perlu mengurai dekapannya pada sahabatnya itu. Ia membalikkan tubuhnya, ditemui oleh netranya berdiri Egas. "Gi, boleh gantian?"


Ghiffari mengangguk seakan mengerti. 


Egas menepuk nepuk bahu Raka yang masuh tertunduk, "Ka, maafin gue yang udah benci lo sebegitunya karna gue pikir lo mainin perasaan kakak gue doang. Lo juga mainin perasaan gue yang udah nyaman punya kakak kayak lo, dan lo pergi gitu aja. Gue gak tau pilihan lo harus seberat itu, ninggalin orang yang lo sayang, ninggalin hubungan yang lagi baik-baik aja, demi keluarga lo. Dan lo, dapet silent treatment dari gue. Gue ngerasa bersalah, maafin gue." Egas mengakhiri kalimatnya dengan peluk, "Lo kakak yang hebat."

 

Di pojok sana, Adit sang adik kecil sudah menangis sedari tadi. Sukma menghampirinya, mendekap juga tubuh kecil itu, "Dit, gue tau rasa sakit, rasa takut yang lo rasain itu. Gue ngerti seberapa takut dan traumanya. I feel you. Lo punya gue. Punya bahureksa juga. Dan yang harus lo inget, lo punya jagoan hebat, kakak lo, Raka." Sukma mengurai dekapannya, 

"Kita bareng-bareng ya? Jangan takut. Ada gue. Lo hebat, udah bertahan seorang diri. Mendem itu sendirian. Nahan rasa takut dan gemeter lo setiap kali lo harus dipaksa liat pelaku yang jahatin lo karna keegoisan kita yang maksa sparing. Lo hebat Adit, lo lebih hebat dari gue yang cuma bisa lari aja dari masalah." ucap Sukma.


"Dit, maafin gue. Gue gak tahu lo setakut itu." ucap Ghiffari. "Gue memang ketua yang bodoh gak berguna, gak tau anggotanya kayak apa. Gue juga egois bawa masalah gue sendiri, gue minta maaf." 


Sukma berdiri dari duduknya, "Semuanya disini punya salah dan turut andil juga dalam masalah ini iya gak sih? Gak seharunya cuma nyalahin salah satu pihak aja. Raka, Gue, Gifa, Juniar, semuanya. Semuanya juga salah, dan benar dengan sudut pandang masing-masing. Kita cuma nyoba.... Kita cuma nyoba bangun rumah kita sendiri yang baru, rumah yang harapannya nyaman, tapi dengan cara yang salah. Kita cuma anak kecil yang nyoba untuk itu."


"Bener kata Sukma, kita sebatas anak kecil yang udah gapunya cara untuk keluar demi ciptain nyaman itu. Gue pesen satu, udah cukup disini. Kita punya satu sama lain itu buat nyimpen cerita satu sama lain. Kita sekarang cuma punya satu sama lain apa salahnya saling bagi rasa sakit? So, dari sini.. Janji buat saling cerita ya? jangan pendem sendirian." sambung Juniar.


"Lo semua hebat." ucap Ghiffari, "Gue bangga punya anggota kayak lo semua. Kaya Atuy dan Kiming juga. Satu yang gue syukuri dari gue lahir di dunia ini, gue ketemu lo semua." 


"ANJIINGG UDAH ATUH IHHH SEDIHH, GAK SUKA AHHHH" ucap Tipal yang sedari tadi membisu. Sudah sedari tadi ternyata ia menahan sedihnya. 


"Gas? Join bahureksa?" tanya Ghiffari. 


"Huhh?" Egas sungguh begitu terheran atas pertanyaan Ghiffari. 


"Join bahureksa? mau?" ulang sang ketua kembali. 


"Serius?" 


Punggungnya ditepuk seseorang, "Halah siah pura-pura kaget. Buru join hayu? Kayak sama siapa aja lo. Bilang aja suka nangis kalau Tipal pergi ke Tokman!" ucap Sukma. 


"APAIH ENGGAK NANGIS!" pekik Egas pada Sukma. 


"Nambah lagi dong anak bawang? Hahaha.." ucap Juniar.


"Dit, ospek dulu Dit! hahaha..." ucap Sukma. 


"Gi, ini bukan buat nyenengin Adit doang kan? Maaf kalau gue geer, tapi makasih..." ucap Raka. 


"Emang bahureksa butuh orang lagi gak sih? Dan emang Egas juga cocok buat ngisi ruang kosong itu. Lo gak usah khawatir, balik lagi jadi Raka yang dulu ya, yang suka ngebanyol plus nyeletuk hal random. Lo gak kasian Sukma berperan sendirian?" ucap Ghiffari.

"Wah berarti gue udah jadi badut boboboi yang suka berdiri depan SPBU gitu teh gak dianggap Gi?" protes Tipal. 


"HAHAHAHAAAA...." tawa semuanya menjadi satu. 


"Ospek pertama, kamu bisa ngelucu gak Gas? Kalau iya, Adit ACC." suara Adit keluar kembali. 


Seluruh pandangan kini menuju Egas si sosok introvert itu. Ingin menolak, tapi hati kecilnya pun ingin dirinya bergabung dengan bahureksa, "Bi..bisa." 


"AHHHH TIDAKKK! JANGAN.. ANJIR GUE PERINGATIN LO SEMUA TUTUP KUPING AJA. EGAS TIDAK SEJAGO ITU GUYS... EGAS PLIS GAK USAH...!" ucap Tipal dengan paniknya.

Tipal sudah menutup telinganya, berharap tidak mendengar apa yang akan diucapkan adiknya itu. Ia sudah dapat memprediksi apa yang akan keluar dari sosok introvert itu.


"Jadi.. ada yang tau gak, tempat di Jakarta yang kalau lo kunjungi lebih dari 3 kali, nama tempatnya otomatis bakal berubah jadi lucu gak?" 


"AHHH TIDAK TIDAK.... GASANGGUP GUE.." teriak Tipal. 


"Gak tau ih bukan orang Jakarta :(" ucap Adit. 


"Dufan?" ucap Juniar.


"Salah."


Sukma bangkit dari duduknya, mendekati Egas "NAON ANJIRRR CEPET!! GAPERNAH KE JAKARTA SELAIN STUDI TUR.."


"Bunderan HI."


"Naha?" kenapa kata Sukma.


"Kalau lebih dari 3 kali namanya bunderan HIHIHIHI..."


Semuanya hening. 


"Udah aing bilang kan, jangan didengerin." ucap Tipal. "Kaya bel sepeda si egas mah, cringe cringe cringe..." tangan nya mempraktekkan seakan sedang menunggangi sepeda gaib. 


"HAHAHAHA masuk sama gue berarti lo Gas. Makasih udah nyoba. lain kali coba lagi ya biar yang lain ketawa. Ntar gue ajarin hahaha.." Raka mengacak-acak rambut Egas dengan gemas, seperti Guru pada muridnya.


"Ini gue pulang aja boleh gak?" ucap Egas dengan polosnya. 


Melihat si anggota baru yang salah tingkah itu malah mebuat seluruh dari bahureksa tertawa. Tak perlu guyonan seperti Raka, Sukma, atau Tipal. Egas sudah memiliki ruangnya sendiri yang menarik. Si bungsu kesayangan baru milik bahureksa.


Hari ini, semesta tahu.

Bahureksa memang diisi oleh jiwa penipu.

Tipu menipu satu sama lain untuk menyembunyikan lukanya. 

Tipu menipu satu sama lain hanya untuk menciptakan rumah baru yang ramah.

Tipu menipu satu sama lain memupuk dan menahan perihnya.


Bahureksa, hanya sekumpulan anak kecil yang kehilangan rumah, tempat seharusnya pulang. 

Bahureksa, hanya sekumpulan anak tujuh belas tahun dengan beban berat dipundaknya.

Bahureksa, hanya kumpulan jiwa yang sepi, menahan sakitnya seorang diri.


Menciptakan bahu yang baru untuk sandaran terakhinya; Bahureksa.


Sederhananya, kami hanya bahureksa.

tempat yang membawa teduh, namun sebenarnya runtuh.


Seandainya bunuh diri tidak diberikan dosa yang besar oleh Tuhan, mungkin kini nisan kami sudah berjajar bersama.


Hidup mungkin terasa lebih berat bagi kami yang tak memiliki rumah. Menciptakan rumah baru demi melupakan rumah asli yang tak ramah memang tak pernah salah. Namun jika akhirnya berujung pada salah satu dari kami yang harus kembali menjadi tanah, lantas siapa yang patut disalahkan? Rumah kedua yang sejatinya tak ramah karna seharusnya hanya sekedar singgah, atau kedua orang tua kami yang tak amanah?


Comments

  1. UNTUK KA JEE SELAMAT UDAH JADI PEMBUAT CERITA TERBAIK YANG AKU TEMUI TERIMAKASIH UDAH BAWA KITA SEMUA MASUK KE DALAM CERITA SAMPAI LUPA BANGUN DARI RASA SAKIT DAN SENANG :) love u so much teh

    ReplyDelete
  2. GUA GAKUAT BGT PLS GUA NANGIS 😭😭😭😭😭😭

    ReplyDelete
  3. Nangissss 😭😭😭

    ReplyDelete
  4. Spicles sama diksinya teh via, sumpah...

    ReplyDelete
  5. Mengandung bawang 😭😭😭😭

    ReplyDelete
  6. Buat teh via makasi banget udah buat cerita yang bikin perasaan campur adukkk 😭😭😭😭

    ReplyDelete
  7. Mengandung BAWANG. 😭😭😭😭

    ReplyDelete
  8. NANGIS BOMBAY BGT AKU IH TEHHH😭😭😭😭

    ReplyDelete
  9. Nangis bngt OMG smpe ingusan 🀧😭😭

    ReplyDelete
  10. Teh, nangis, nangis banget, nangis banget kejer, abistu senyum, abistu ketawa, terus senyum lagii...

    ReplyDelete
  11. NANGIS NANGIS NANGIS 😭😭😭😭

    ReplyDelete
  12. TEH VIA HARUS TANGGUNG JAWAB SIH NANGIS NI AKUU HUHU :((( , makasih banget buat teh via udah membuat cerita yang bagus banget iniπŸ’˜ dari cerita ini aku belajar untuk lebih mensyukuri apa yg aku miliki saat ini karena yang aku miliki saat ini belum tentu orang lain merasakannya MAKASI BANGET BUAT TEH VIA LOV YOUUπŸ’˜πŸ’˜πŸ’˜πŸ’˜

    ReplyDelete
  13. 😭😭😭😭😭😭😭😭

    ReplyDelete
  14. BENERAN NANGIS BGT SAMPE BENGAKK

    ReplyDelete
  15. spicles aing mah demina.. teh v.. teuing lah 😭😭😭

    ReplyDelete
  16. NANGISSS SUMPAH TEH PIAA DAH SPEECHLESS BGT AING MAHH😭😭

    ReplyDelete
  17. Rumah kedua yang sejatinya tak pernah bisa ramah karna seharusnya hanya sekedar singgah, atau kedua orang tua kami yang tak amanah?

    MAAAANNNN THAT'S DEEP. NANGIS BGT INIIIII

    ReplyDelete
  18. sayg bnget sama teh Via. mksih πŸ’•

    ReplyDelete
  19. Bawang banget 😭😭😭 huhuhu next pokonya bahureksa mesti ketemu bahagianya masing masing ya teh 😭

    ReplyDelete
  20. YA ALLAH ALHAMDULILLAH, SYANGG TEH VIAA😭😭

    ReplyDelete
  21. teh via gangerti masyaAllah keren banget kalo nulis, aku lagi nyedot ingus semenit kemudian jadi speechless sama kata-kata yang dipake teh via πŸ’—

    ReplyDelete
  22. 😭😭😭😭

    ReplyDelete
  23. NANGIS TEROSSSSS AINGGG, KAYA ROLLERCOASTER PERASAAN INI 😩😩😩😩

    ReplyDelete
  24. πŸ˜­πŸ˜­πŸ˜­πŸ˜­πŸ˜­πŸ˜­πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  25. TEHHH???? SERIUSS IHHH NANGISSSS BANGETTT 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

    ReplyDelete
  26. gw pgn suruh mereka ke magic shop semua deh rasanya

    ReplyDelete
  27. GK bisa ngomong apa2. Aouthor sangat pandai membuat reader's merasakan yg dirasakan Bahureksa 😭😭😭

    ReplyDelete
  28. Ceritaa nya pokoknya BBL BBL BBL Bagus Banget Looo

    ReplyDelete
  29. Makasih loh untuk author sumpah mewek banget ini dari tadi nangis nggak selesai-selesai 😭😭😭😭

    ReplyDelete
  30. Nyesel bgt nunda ini lamaa, karna takut bacanya tpi author nya hebat bgt semua asumsi ku sebelum baca ini gaada sama sekali di alur ceritanya thank youπŸ€—

    ReplyDelete
  31. Untuk kakak penulis, aku pembaca baru. Kamu hebat banget!!
    Ketika kamu nulis kesedihan, kami ikut sedih. Ketika kamu nulis kebahagiaan, kami ikut bahagia. Semua yang kamu tulis bikin kita terbawa suasana. Selamat kak, kamu jadi penulis yang berhasil. Kamu hebat dan keren. Terimakasih sudah menulis ini. Aku harap kamu bakal jadi penulis yang luar biasa dan lebih banyak orang yang baca tulisanmu. Karena tulisanmu sangat berhak dan layak untuk dilihat dan dibaca orang. Terimakasih sudah buat cerita seemosional ini. Pake emot love 5, pake emot pengemis 10. Hehehehe

    ReplyDelete
  32. dari awal, aku akan selalu dukung kapal Raka dan Juni kembali berlayar✨
    Btw, hidung aku mampet gara gara nangis sampe ngikngok😭

    ReplyDelete
  33. Sudut pandang author sangat dalam, sehingga bisa memoar cerita dari sudut pandang anak-anak yang terluka yang diliat sekilas cuma nakal dan stigma buruk lainnya, tanpa ada yang repot untuk peduli

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

36 — UNTITLED: bahureksa

59 — UNTITLED: bahureksa.

41 — UNTITLED: bahureksa