UNTITLED - 348

 

⚠⚠ violence , mention of blood , harsh words , traumatic event

Mengadu peruntungannya kembali, Bahureksa berjalan tegap memasuki Southbank sebuah klub malam yang malam ini disulap menjadi ring tinju tempat menguji peruntungan.

 

Remang cahaya dari lampu berwarna kuning, merah dan ungu sudah terasa sedikit menusuk mata. Bahureksa memang nakal namun dalam batas wajar anak remaja seusianya, sehingga untuk masuk ke tempat seperti ini rasanya baru pertama kali.

 

Panggung utama tempat disjoki memainkan alunan aransemen lagu pun nyatanya malam ini telah disulap menjadi ring tinju dengan tali tambang putih sebagai batasnya. Dilihat sosok  bertubuh besar mengangkat lawannya yang bertubuh kecil mungil. Membantingnya secara serampangan.

 

‘Ah iya, yang besar itu ketua Mortal Enemy, geng motor paling ditakuti di Bandung. Pantas saja dengan mudah dan hebat ia membanting lawannya.’

 

Ghiffari sedikit mengernyitkat keningnya tatkala linu melihat bantingan tersebut. Membayangkan posisinya sebagai yang terbanting. Mungkin kepalanya sudah akan bocor kembali.

 

“Gi, udah gue bilang, ini gak masuk akal, gila aja kita anak SMA lawan yang udah sepuh-sepuh gitu.” bisik Raka pada Ghiffari.

 

Ghiffari menenggak ludahnya sendiri. Ia kira pertarungan ini hanya sebatas antar anak SMA yang masih wajar menurutnya.

 

Pertarungan yang mereka saksikan berakhir dengan tangan kanan dari pemenang itu diangkat oleh wasit. Menandakan pertandingan selesai.

 

Selanjutnya lampu sorot  tiba-tiba menyoroti bangku sofa mahal dengan view utama mengarah ke panggung, tanpa dijelaskan semua dapat mengerti, itu sang penyelenggara permainan konyol ini.

 

Ghiffari, Sukma, Juniar, dan Raka tercengang saat sosok pemilik bangku pemilik permainan tersebut berdiri dan  bercuap mengenai pertandingan berikutnya. Dia Daniel, pentolan STM tiga tahun lalu.

 

“Malam ini gue punya tamu yang selalu kalian tunggu. Kumpulan bocah SMA penguasa jalanan. Well kita buktiin malem ini. Gue punya Bahureksa!” lampu sorot yang awalnya mengarah pada Daniel itu kini beralih pada Ghiffari dan temannya.

 

Benar saja, benar apa kata Raka. Dibalik semua ini ada maksud. Bahureksa bagai masuk perangkap besar.

 

“So, gue disini mencoba fair. Buat abang-abang yang mau liat nih jagoan jalanan, gue juga bawa lawan yang setimpal. Bukan dari Mortal Enemy, Rebels, Highways, atau Road Knight yang emang udah bukan SMA lagi. Gue punya Grexda plus aliansi nya STM, untuk lawan Bahureksa.” Lampu sorot kini mengarah pada sisi kanan dekat panggung, menampilkan Hafiz dan Wahid dan dua orang lainnya yang telah tersenyum miring.

 

Let's party all the night!!!!! Ten millions for four people!!!

 

Pesta yang ia maksud dimulai.

 

Menampilkan Sukma sebagai urutan pertama memasuki arena. Dirinya melawan salah satu Grexda, anak buah Hafiz. Gempuran tinjuan, tamparan, serta bantingan berhasil Sukma halau. Walaupun Sukma suka bercanda, nyatanya berkelahi pun menjadi tambahan passionnya. Tinju uppercut pada dagu lawan mengakhiri pertandingan pertama. Dengan begitu tangan kanan Sukma di angkat oleh wasit tanda kemenangan di pihak Bahureksa.

 

2,5 Juta pertama.

 

Selanjutnya giliran pihak lawan yang mengirim jagoannya untuk masuk ke arena duluan. Ternyata anak buah Wahid dari STM, dengan begitu Ghiffari menitah Raka untuk melawannya. Sehingga menyisakan Wahid dan Hafiz untuk selanjutnya ia dan Juniar lawan. Raka memasuki arena. Memang benar  Raka tidak terlalu mahir dalam beradu jotos, namun otaknya tak pernah tinggal diam. Ia tak mau menghabiskan tenaganya cuma-cuma. 

Sebisa mungkin bertahan dan memancing lawan untuk mengeluarkan segala tenaganya, hingga saat lawan kelimpungan atas tenaganya yang habis, Raka menggerakan kakinya untuk melakukan Dollyo Chagi, teknik tendangan yang ia pelajari saat taekwondo selagi SD. Tendangan kuat dengan arah dari samping tersebut mengarah tepat pada telinga lawan, pusat dari keseimbangan. Membuat kesadarannya punah sebagian dan terjatuh.

 

“1,2,3.... ”

priiiittt wasit meniup peluit tanda lawan tak bisa bangkit kembali, dengan itu tangan kanan Raka diangkat setinggi-tingginya tanda pertandingan kedua dimenangkan oleh bahureksa kembali.

 

2,5 Juta kedua.

 

“Bisa-bisa-bisaa, lo bisa semua! Jangan pake tenaga, pake otak ya! Bisa kok. Dikit lagi.” Raka menepuk pundak Ghiffari maupun Juniar yang belum masuk arena, meyakinkan keduanya.

 

Kini giliran Bahureksa terlebih dahulu untuk memasukkan pemain kedalam Arena. Ghiffari sungguh bisa menebak, Wahid lah yang akan dijadikan lawan untuknya diakhir. Dengan itu kini ia menitah Juniar untuk memasuki arena untuk melawan Hafiz. “Semangat Nar, lo bisa!”

 

Dengan itu Juniar memasuki arena pertandingan. Namun siapa sangka, yang memasuki arena selanjutnya setelah Juniar bukanlah Hafiz, melainkan Wahid. Sosok tangan besi yang biasanya menjadi lawan Ghiffari, yang dalam kamusnya tak memiliki ampun.

 

Separuh akal Ghiffari hilang tatkala melihat pemandangan di depannya. Sang adik kesayangan yang harus berhadapan dengan musuhnya si tangan besi.

 

“Anjir Gi, ini gimana.” ucap Sukma.

 

Ghiffari diam seribu bahasa. Dirinya sudah kalah sebelum berperang.

 

Layaknya Raka, Juniar juga satu dari otak Bahureksa yang otomatis tidak terlalu mahir dalam beradu jotos. Sedangkan kini di depannya berdiri jagoan adu jotos  sekaligus otak utama dari permusuhan Bahureksa maupun Grexda dan aliansinya, Wahid.

 

Belum mulai, Juniar sudah ciut bukan main. Membuat pikirannya tak karuan. Tatkala tangan wasit terangkat tanda duel dimulai, tinju uppercut dari Wahid tak bisa ia hindari. Membawa tubuhnya ambruk seketika, saat dirinya bangkit pun ditahan oleh dadanya yang ditendang begitu keras.

 

Plakkkk.

 

Tamparan keras mengenai pipi Juniar.

 

“Segitu doang kemampuan lo? Lo belum ngapa-ngapain, kena gue aja belum.”

 

Plakkk

 

“Anjir Wahid!” Tangan Ghiffari mengepal sempurna. Tenggorokkannya terasa tercekat tatkala melihat sang adik diposisi demikian.

 

Juniar bangkit dari ambruknya, memegangi bagian dadanya yang telah diinjak. Satu tinjuan berhasil mengenai Wahid.  Namun belum berdiri sempurna Juniar, tinju yang lebih kuat mengenai bagian perutnya, membawanya terhuyung menahan sakit.

 

Wahid tersenyum bukan main. Dirinya semakin membabi buta, matanya tertuju pada Ghiffari, “Ini rasanya ngeliat adik lo sendiri dipukulin orang. Hahaha.. ” tawanya puas.

 

Ghiffari tahu, maksud Wahid adalah dirinya yang sering memukuli Hafiz, adiknya sendiri. Dengan itu, Ghiffari berlutut dihadapan Daniel sang penyelenggara permainan gila ini.

 

Ghiffari membuang segala egonya, berlutut dihadapan Daniel alumni dari STM si pemilik permainan gila ini, “Gue taruhin 5 juta awal yang udah Bahureksa punya dengan berhentiin dia yang disana. Sebagai gantinya, gue lawan Hafiz ataupun Wahid terserah lo untuk lima juta selanjutnya.”

 

Satu kepalan dari Daniel mengisyarat di udara sehingga menyedot perhatian seluruhnya. Membawa wasit menghentikan pertandingan yang berlangsung di arena.

 

‘Daripada Juniar mati.’ batin Ghiffari.

 

“Well, gue dapet penawaran hebat nih! Lima juta awal yang Bahureksa udah dapetin untuk berhentiin pertandingan di atas. Dan lima juta selanjutnya untuk pertarungan berikutnya.”

 

“Wooooo ngerasa mantaap tuh jagoan?!!”

“Mana anjing yang berani ngomong gitu teh mana?”

“Jir baru kali ini.”

 

Riuhan penonton memenuhi ruangan atas kalimat penawaran dari Ghiffari.

 

“Karena gue baik, kasian juga dua temen lo yang udah berjuang diawal kalau duitnya ilang gitu aja. Lo bakal dapet sepuluh juta, dengan syarat, lo lawan Hafiz dan Wahid bersamaan.”

 

“NAHHHH ITU BARU SERUUU!!!”

“GASSSS LAHHH AYOO!!!”

“GUE PASANG 1 JUTA BUAT GREXDA STM!”

 

Southbank kian memanas.

 

Raka memegangi pundak Ghiffari. “Gi, udah gak apa-apa lapurin aja uangnya. Gue sama Sukma gak apa-apa.” ucap Raka.

 

Sukma datang memboyong Juniar yang sudah setengah rubuh akibat perlakuan tangan besi Wahid dari arena permainan. Memperlihatkan Juniar yang meneteskan bulir air matanya menahan sakit dan kecewa atas dirinya sendiri, “G-i maaf gue gak bisa. Gu-e takut.”

 

Dengan itu Ghiffari mendekap sang adik kesayangannya. Menyalurkan hangat padanya, “Lo gausah takut, gue ada disini. Buat lo.”

 

Tanpa pikir panjang, Ghiffari bangkit dan menaiki tangga arena. Tangan Raka yang semula menahannya tak mampu membuat Ghiffari menetap.

 

Malam ini, Ghiffari melawan Hafiz dan tentunya Wahid.

 

Seorang diri.

 

Lawan utamanya kini ternyata bukan Wahid. Wahid hanya perantara pemantik emosi Ghiffari. Hafiz lah yang ingin telak menghabisi Ghiffari setelah pertemuan keduanya selalu Hafiz yang kalah.

 

Ketiganya sudah ada di arena. Wahid mempersilakan sang adik kesayangan menyalurkan emosinya. Dirinya hanya diam dipojok ring arena sebari menghisap tembakau, manakala adiknya butuh bantuan, ia siap turun membantu. Namun bagi Ghiffari, kemampuan Hafiz masih dibawah dirinya, masih sanggup melawan Hafiz. Dengan demikian segala jenis tinjuan bersilaturahmi kesegala penjuru tubuh Hafiz. Hafiz tak tinggal diam, dirinya tahu jika Ghiffari masih dalam masa pulihnya. Ia melakukan tendangan tepat di telinga Ghiffari, ambruk dan menghilangkan separuh kesadarannya.


"Segitu aja kemampuan lo? belum lawan abang gue padahal. Hari ini kayaknya lo mati deh. Juni buat gue ya?" bisik Hafiz.


Mendengar itu, Ghiffari meninju muka Hafiz yang dekat sekali dengannya. Menyebabkan darah segar keluar dari hidung Hafiz. Melihat itu, Wahid bangkit mengangkat paksa Ghiffari, memegangi kedua lengannya kebelakang. Mengisyaratkan pada Hafiz untuk menghabisinya.

Satu tinjuan berhasil mendarat sempurna melesak terasa hingga lambung Ghiffari. Kesadarannya sudah hilang separuh, benar apa kata Juni.

"Mereka cuma mau buat kamu celaka. Buat kamu gak sadar lagi kaya waktu itu. Pada akhirnya kamu gak dapet uang itu, kamu celaka, Andro-nya gagal. Dan kamu lagi yang kena kan atas gagalnya Andro itu?" 


Tinjuan kedua melesak ke lambung Ghiffari, dengan pergerakannya yang dibatasi seperti ini, mustahil ia bisa melawan. 

Hanya menunggu mati sepertinya. 


"Buat tangan kotor lo, yang udah buat adik gue luka." Sedetik kemudian Ghiffari merasakan panas di punggung tangannya, itu bersumber dari rokok Wahid yang ia matikan tepat di punggung tangan Ghiffari seakan asbak dari rokok.


Melihat itu, Bahureksa naik pitam. 


"Anjing lo Wahid! Banci lo setan main keroyokan pake cara najis!" teriak Raka.

Juniar bangkit dari dari duduknya. "Hid, kalau lo bawa ini masalah adik kakak, gue juga bisa! gue masuk kesana sekarang! Yang fair! dua lawan dua. Jangan jadi pengecut!"

"Lo aja tadi kalah sama gue bangsat, sekarang mau mati?" ucap Wahid.

"Gue lebih baik mati dari pada kakak gue yang harus mati di tangan najis lo itu."


Perdebatan tersebut terhenti tatkala sosok bertubuh tegap, dengan jaket yang Sukma, Juniar, Rama maupun Ghiffari setengah sadar dapat mengenalinya. Jaket yang sama dengan ia miliki. Perbedaannya sedikit lusuh. Sosok itu mendekati Daniel sang penyelenggara permainan. "Belum puas lo sabung orang? tapi mihak sekolah busuk lo itu dengan ngadain dua lawan satu yang gak fair?" 


Dia Angkasa, ketua Bahureksa angkatan 17. Satu angkatan dengan Brian.

"Bawa sepuluh juta lo itu, Gue ganti sama ini." Angkasa mengeluarkan amplop cokelat dengan nominal sepuluh juta dari saku dalam miliknya, "Tapi harus fair, satu lawan satu. Gue juga mau liat kemampuan Bahureksa sekarang."

Sosok tersebut menghampiri Ghiffari disudut ring yang sudah terhuyung pasrah memegangi lambungnya. "Gue yakin lo bisa." Angkasa menepuk pundak Ghiffari, "Ketua sekarang ganteng juga, pasti lo punya pacar kan? nah pacar lo nunggu dirumah tuh. Apa gak kasian kalau lo pulang tinggal nama?"


Seketika ia ingat wajah Juni. Janji padanya, dan peluk yang belum terbalas.


Ghiffari bangkit, menyeka darah segar di sudut bibirnya. 

Luka bakar akibat rokok yang Wahid sundutkan di punggung tangannya rasanya sudah tak berasa. Amarahnya sungguh meluap. Yang Ghiffari ingin sekarang adalah, menyelesaikan permainan konyol yang sedikit sudah dibantu Angkasa ini. Dan pulang menjemput peluknya.

Sesuai dengan aturan pertandingan, bilamana pemain yang telah bermain, maka tidak diperkenankan bermain kembali. Itu artinya hanya Hafiz lah lawannya kini.


Hal tersebut membuat Hafiz gelagapan bukan main. Belum mulai ia mendaratkan serangannya, Ghiffari sudah duluan membabi buta layaknya elang gerindra, layaknya banteng pdip, layaknya bison avatar. Emosinya sudah tak dapat tertahan. Hingga akhirnya, Ghiffari berhasil menduduki dada Hafiz, mengunci pergerakannya. Memukuli wajahnya tanpa ampun. Hingga darah segar keluar dari sudut bibirnya.

Malam ini seluruh mata di Southbank menjadi saksi. Bahwa Ghiffari, berhasil membawa Bahureksa mutlak pemilik pertandingan malam ini. Raja jalanan yang pergerakannya tak bisa terhenti oleh siapapun, kecuali dihentikan oleh liciknya semesta.


Comments

  1. gue nangis tpi nyengir juga pas di akhir, y Allah a gifaaaa😭😭😭

    ReplyDelete
  2. YAAAAAAA YAAAAAA YAAAAAA (pake nada bang Jin)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini lebih ke main yg di SCTV sie ya ya bisa jadi bisa jadi gtu

      Delete
  3. Jjr ya, Kak. Wktu aku baca ini, udh bnrn ketakutan, kek mau di hukum mati. GABOONG. aku teriak2 takut takut takut DAN TAKUT, tangan gemeteran 😭, sampe keringetan pdhl dingin😭. Bermonolog ria, di tengah2 narasi, berharap Gifa beneran bsa taklukin hafiz. Dan Yash😭 GIFA BISA😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭 big thanks to bang Angkasa yg udah dateng😭😭😭 beneran sungkem ini mah😭😭😭 GIFA BISA PULANG KEPELUKAN JUNI😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

    ReplyDelete
  4. Sebelum buka bagian ini aku udah nangis, bacanya aja sambil nangis 😭😭

    ReplyDelete
  5. MAKASIH PISAN BUAT A ANGKASA 😭😭😭😭😭

    ReplyDelete
  6. Ga sanggup berkata2.... bersyukur bahureksa pulang dengan kemenangan yg fair hhhh

    ReplyDelete
  7. gue bacanya deg²kan mules mau berak, merasa jadi juni YHAAA

    ReplyDelete
  8. Yeayyyy youre tge best giii. Jun, sukma, raka, li hebat juga!

    ReplyDelete
  9. Serius, baca part ini scroll kebawah pelan2 bgt takut anjir bacanya. Kirain yg dateng tipal/ egas sang penyelamat. Takut ada yg mati lagi

    ReplyDelete
  10. Baca nya deg deg kan😭 mana sambil nangis berdoa biar a gipa bangkit🥺 makasi a angkasa i lupyupull♥️

    ReplyDelete
  11. YA ALLAH aing dah panik bangett hshshs BAHUREKSA SARANGEEK😘😘😘

    ReplyDelete
  12. Makasii angkasaaaaa pleasee bang lu penyemangat gue baca ini dr awal sampe akhir ya walaupun ujungnya nangis juga brai :((

    ReplyDelete
  13. PLISS UDAH TAJIT BGT. TPI PAS AKHIR KEK SJJSJANAN AKHIRNYA😭😭

    ReplyDelete
  14. ((Ghiffari sudah duluan membabi buta layaknya elang gerindra, layaknya banteng pdip, layaknya bison avatar))
    .
    .
    Ngakak pas part ini HAHAHAHJSJSJJSSJSKJSKS... rollercoaster bgt, di awal deg2an pisan 😭 thanks angkasa udh bantu bahureksa 🥲

    ReplyDelete
  15. Sumpah yah bcanya smpe panas dingin ,,tpi akhirnya nyengir juga

    ReplyDelete
  16. GIPARIIII AAAAA AING NANGIS INI MASIH PAGI😭😭😭😭

    ReplyDelete
  17. JUJUR TEH BACA INI SAMPE TREMOR, TAKUT BANGET LOHHHHH SRIUS SEREM BGTTT TERNYATA ADA DUNIA KAYA GINIII YAA 😭 KIRAIN DI FILM LAGA AJA

    ReplyDelete
  18. YA ALLAH YA ALLAH😭🤸🏻‍♂️

    ReplyDelete
  19. tadi mau buka gila takut banget aslie, gua ngelempar hp mulu grgr takut eh pas ada angkasa udah ga lagi hehe

    ReplyDelete
  20. Jdi kepo sama angkasa pls omg omg omgggggg

    ReplyDelete
  21. abis baca ini liat mobil fortuner pasti inget gipaa, yang waktu motor crf jugaa😭semua2nya dikaitkan aa gipaa🖤🖤

    ReplyDelete
  22. Nangissss bangettt😭😭😭😭

    ReplyDelete
  23. Nangis banget😭untung menang kalo kalah gipa jadi apa anjrit ga rela gw

    ReplyDelete
  24. Yampuun menanggg aaaa gifaa menang bahureksa menanggg

    ReplyDelete
  25. Nggak tau angkasa siapa, tapi lopyuuu sekebonnn😭

    ReplyDelete
  26. Semesta memang hebat, walaupun di dunia diisi orang orang licik tapi dia tau siapa pemenang yang sesungguhnya

    ReplyDelete
  27. Yaallah bacanya ga berenti sambil nyebut berdoa degdegan pas akhir nangissss 😭

    ReplyDelete
  28. Ya Allah gw bacanya sampe gemetaran asli ya Allah ga berhenti nyebut baca nya

    ReplyDelete
  29. Udah 2 hari aku blm bs kelar baca

    ReplyDelete
  30. Ada ga sih kata yg lebih dari keren banget?😭

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

36 — UNTITLED: bahureksa

59 — UNTITLED: bahureksa.

41 — UNTITLED: bahureksa