385 - UNTITLED

 


Kalau ada pertanyaan suasana apa yang paling merepotkan? Juni jelas menjawab dengan lantang "terkurung dituntut profesional dengan Raka." Jujur bagi Juni ini sulit. 

Sebetulnya siapa saja bisa berhubungan baik dengan orang yang dahulu pernah mengisi  hari demi hari, namun mungkin bagi Juni ia selalu tak bisa seperti apa kata pepatah tersebut. Tanya yang belum tuntas diantara keduanya membuat perasaan canggung semakin berlarut dikeduanya. 

Menatap matanya saja sudah takut, apalagi dengan air mukanya yang selalu menampilkan wajahnya yang datar. Jujur Juni memang salah waktu itu, melakukan hal yang tak disukai Raka saat masih dalam cerita yang sama, ia meminjami uang Hafiz rekan sesama talent majalah provokenya itu dimana Hafiz adalah musuh dari Raka sang pacar sendiri. Namun beribu kali Juni menjelaskan, Raka pun enggan mendengar penjelasannya. Sehingga tidak ada kata lain selain malas, malas jika harus dituntut profesional aktif dalam pekerjaannya, namun Raka, sang lawan bicaranya sendiri pasif. 

Juni menarik napasnya dalam saat menunggu orang yang paling ia hindari di halte bus depan sekolah. Beberapa saat kemudian Raka dengan vespa matic abu-abu kesayangannya itu terlihat di pelupuk mata Juni. Hingga dengan tepat berhenti di depan batang hidung sang puan. 

Masih dengan keduanya yang tak berucap, Raka hanya mengasongkan helm bogo cokelat pada calon penumpangnya itu. Juni mati seribu bahasa. Ia tahu dirinya tak pernah lulus diatas KKM dalam mengancingkan helm, kemanapun itu, biasanya tugas tersebut punya Sukma. 

Tak mau laki-laki didepannya itu menunggu lama, Juni memakai helmnya, dan menaiki kursi kosong bagian belakang. Tak ada pergerakan dari Raka untuk memajukan motornya membuat Juni yang enggan berucap pun membuka pembicaraan, "Udah naik." 

Raka tak kunjung memajukan sepeda motornya, ia melirik spion kirinya, dengan itu pandangan keduanya beradu, "Kancing dulu helmnya. Mau lewat pasopati, nanti terbang." jawabnya singkat.

Bingung dan canggung menjadi satu, Juni hanya bisa sedikit mencondongkan tubuhnya, "Raka, aku gak bisa kancingin helm."

Bagai bom atom Hirosima, benteng pertahanan Raka yang telah ia bangun tinggi rubuh seketika hanya karena kalimat yang baru ia dengar. Tak ada pilihan, ia membalikkan tubuhnya, memasangkan kancing helm tersebut pada perempuan dibelakangnya. Dapat dengan jelas terlihat bulu mata yang panjang, anak rambut yang berantakan, serta netra sang puan yang sungguh bersinar padahal ini belum malam. Jantungnya berdegup delapan kali lebih cepat, "Udah?" sela Juni. 

Lamunannya seketika buyar. "Udah."

Disepanjang jalan, bukan hanya Raka, Juni pun merasakan yang sama. Kembali pada memori dimana kala masih bersama. Membelah Bandung dengan suara khas vespa matic. Dahulu keduanya harus  kucing-kucingan dengan polisi karena Raka yang nekat membawa motor, namun belum memiliki Surat Izin Mengemudi. Beberapa kali ingatan mengenai jalan yang mereka lalui pun membuat Juni tersenyum tipis mengingatnya. 

Lamunannya buyar tatkala tangan yang ia simpan di lututnya sendiri itu diambil dan ditarik oleh sosok lelaki di depannya, "Maaf, tapi ini mau hujan. Kamu kan gak bisa kena hujan. Aku gak punya jas hujan." dengan itu pula tangan Juni kini mendarat melingkar di pinggang sang tuan. 

Bagai disengat lebah dan diserang migrasi kupu-kupu, rasanya Juni sudah pusing efek laki-laki di depannya ini. Entah karena ingatan Raka akan dirinya yang masih lekat teringat bermusuhan dengan hujan, atau karena dirinya yang memeluk masalalunya itu. Perasaannya di interupsi dengan langit yang tiba-tiba menangis deras tak terbendung, membawa Raka meminggirkan sepeda motornya menepi di sebuah halte bus. 

Dengan terbirit-birit, Juni turun dari sepeda motor Raka dan membawa tubuhnya pada halte tersebut dengan kedua tangannya yang menutupi turunnya air langit. Hal ini diikuti Raka kemudian.

Keduanya hening hanya memandangi tangisan langit yang jatuh. Jarak keduanya kurang lebih satu setengah meter. Sudah hampir sepuluh menit keduanya dijebak dalam keheningan akibat hujan ini. Sedikit demi sedikit suhu yang kian mendingin membawa bibir Juni bergetar. Malihat itu, Raka menurunkan resleting jaketnya, hingga pada akhirnya jaket miliknya tersebut tanggal, "Pake. Nanti kenapa-kenapa, aku yang disalahin." 

Pipi Juni memerah, entah karena jaket yang Raka berikan, atau 'aku' yang masih Raka pakai saat berbicara dengannya. 

Raka tipe orang yang sungguh bersih dengan segala perfectionist nya. Jujur ia sungguh terganggu dengan rambut Juni yang berantakan akibat helm dan juga angin. Melihat Raka yang gusar, Juni seakan tahu, "Ehmm maaf." selanjutnya dirinya sibuk merapikan rambutnya, mencari kedua belah tangannya perihal keberadaan ikat rambunya, namun pada akhirnya tak ia temui.

Raka mengambil sesuatu dari saku belakang celana abunya, mengeluarkan dompet hitam miliknya. Ia membuka dompetnya itu, dan mengeluarkan satu ikat rambut hitam. Juni belum pikun, ia masih dengan jelas dapat mengingat itu miliknya. Langkah Raka berderap mendekati Juni, tanpa bicara kode darinya untuk Juni membalikkan badan terserap dengan baik, dengan itu Juni membalikkan tubuhnya, membiarkan Raka, lelaki dari masalalu nya mengikat surai hitamnya dengan teliti. 

"Raka aku boleh tanya?"

"Hmm.."

"Kamu masih benci aku?"

Ada sedikit jeda tanpa jawaban dari Raka. "Ngga bisa. Ngga bakal pernah bisa segimana aku coba."

Masih dengan teliti Raka mencoba menyelesaikan kegiatannya, memonitor agar tak ada anak rambut yang tertinggal, "Aku egois waktu itu gak bisa nahan diri aku. dan akhirnya aku juga sendiri yang kesiksa."

Juni diam sejenak, "Tapi kenapa kamu selalu ngehindar dari aku, selalu dengan muka yang buat aku takut untuk sapa kamu lagi, selalu dengan pura-pura gak kenal, selalu dengan muka yang sebel sama aku."

"Aku coba supaya aku keliatan baik-baik aja tanpa kamu. Karna aku yang buat kamu sakit. Aku gak pantes buat kamu. Tiap hari aku selalu harus coba hal itu padahal aku gak mau."

Juni membalikkan tubuhnya, "Ini kamu bohong ya?"

Raka menggelengkan kepalanya, ia mengeluarkan kembali dompetnya, "Iket rambut itu saksinya, masih aku simpen, dan ini.." Raka melihatkan pada Juni bagaimana pas photo Juni yang masih terparkir disana, ingatannya kembali terulang tatkala dirinya dan Raka bertukar Pas photo untuk saling disimpan di dompet pada saat itu, dan kini Raka masih menyimpannya. "Aku gak bisa lupa sampai sekarang, waktu itu aku gak mau kehilangan kamu sampai rasanya aku mau gila, ngebiarin Hafiz yang waktu itu emang butuh uang. Sampai akhirnya egois aku bawa aku ke hal yang aku takuti, kehilangan kamu." 

Tak ada kata dari Juni membuat Raka melanjutkan kembali kalimatnya yang selama ini tertahan. "Maaf aku waktu itu masih kayak anak kecil, belum bisa dewasa. Maafin aku." ada jeda sedikit di kalimat Raka, "Maaf juga waktu itu permintaan terakhir kamu gak aku turutin. Maaf, aku gak bisa kalau harus liatin air mataku didepan kamu atas permintaan itu." 

Rekaman memori Juni terputar kembali, permintaan terakhinya yakni memeluk pemilik nama Argapraja itu. Perpisahan maksudnya. 


"Gapapa Rak-"


Belum tuntas kalimatnya, dirinya sudah berada dalam pelukan laki-laki di depannya itu. Seakan magnet, pelukannya begitu hangat. Pelukan yang Juni kenal, peluk yang selama ini hilang. Niat untuk keluar dari kungkungan Raka tak bisa Juni hindari. Ia nyaman berada pada peluk sang tuan yang selama ini hilang dan hanya meninggalkannya dengan tanda tanya. Entah apa yang dirasakannya kini, hatinya menghangat, perutnya seakan penuh bagai ternak kupu-kupu ditengah pelukan sosok yang selama ini ia cari.


"Maaf. Maafin aku." tambah Raka dengan bisik halus. 


Comments

  1. Replies
    1. SAMAA PLISSS BUTUH RAKA JUNI BERLAYAR

      Delete
    2. IHHH SAMA CUI KAPAL KUU HARUS BERLAYARRRRRR, kl dsni ga brlayar tlong di cerita lain kudu berlayar si inimah ah kimestri nya euu gk main main 😭

      Delete
    3. IKUTTTT JAN BERANGKAT DULU HYUNG 😭

      Delete
  2. Atuh raka da maneh salah.. Kalo ada yg butuh uang teh bantu.. Si hafiz kan miskin

    ReplyDelete
    Replies
    1. 'si hafiz kan miskin' terllihat tdk ada bissmillah saat ngetik, tapi bener😭

      Delete
    2. 'si hafiz kan miskin' gtu doang ngakak gue 😭

      Delete
  3. maaf thor, inimah maaf bgt sumpah.. TOLONG YA ALLAH JADIIN JUNI SM RAKA COMEBACK HSHSHSHSHAH... sumpah.. INIMAH MAKSA BGT ASLI.. padahal drawal gua baca, si raka sm sijuni udh putus yakan.. kaya nggatau banyak momen momen pacarannya dulu.. TP GAKTAU KENAPA SUMPAH YA ALLAH MAAF GIFA JUNIAR SUKMA.. stiap baca part yg juni sama mereka, ASLI KAYAK KURANG SREG😭😭😭😭 gatau kenapa YA AMPUN INI KOK MALAH CONDONG KE SI RAKA......

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kak ayo kita berlayar bersama 😭

      Delete
    2. Aing bingung iyeee, gees baper jeng kapalna si giffa😭

      Delete
    3. iya kasian yakan :( emg harus membantu orang miskin kita tuh

      Delete
  4. "pelukan sosok yang selama ini ia cari" πŸ™‚πŸ™‚πŸ™‚πŸ™‚πŸ™‚

    ReplyDelete
  5. GEMASS TPI AKU MASIH KAPAL GHIFARII JUNII

    ReplyDelete
  6. Maaf ghiffari ya, ini terlalu nyaman

    ReplyDelete
  7. Bisa yuk Juni Rakaaa πŸ₯Ί

    ReplyDelete
  8. oleng ke rakaaa aaaaa tapii gifa gmn huhuhu:(

    ReplyDelete
  9. YUK KAPALKU YUK, BISAA. BERLAYAR LAGI YUK :')

    ReplyDelete
  10. RAKA 😭😭😭😭😭😭😭😭😭

    ReplyDelete
  11. PLISSSSSS PLISSSS GUA DRI AWAL.KAPAAL.INIIIIIII

    ReplyDelete
  12. TEROMBANG AMBING INI MAHH PLIS BGTT MALAH GUE YG BINGUNG 😭😭😭

    ReplyDelete
  13. Setelah baca ini, aku jadi berharap kapal mereka bakal berlayar

    ReplyDelete
  14. MENGAPAAAA mereka gemes bgt😭 gabisa ini aku selalu terombang ambinggg gatau mau berlayar kemanaaaaa

    ReplyDelete
  15. KAPAL GW KAPAL GW GILAK JUNI YANG DI PELUK GW YANG SINTING AAAAAA......

    ReplyDelete
  16. sumpah gue dah gada kapal kapalan lagi, sama siapa aja boleh dah :)

    ReplyDelete
  17. Kapal guaaa ayok belayar ganteng cantik ah sampai nangis guaa:'(

    ReplyDelete
  18. Kapalllll gue😫😫😫😫

    ReplyDelete
  19. YAALLAH KAPAL GUEE:((( AYO BUAT DIA COMEBACK:))

    ReplyDelete
  20. aku sih suka karakter Juni ;
    tp si Juni ini sih kek nya malah nempel sana nempel sini ihh
    pdhl juga udah sama ghifaa

    ReplyDelete
  21. Sorry bgt ghiffari stlh baca ini lu jd list paling bawah kapal ku. Kayanya emang mending sama Raka aja gasih kaya lebih aman aja gitu dibanding ke yg lain anggep aja mereka cinta belum beres.

    ReplyDelete
  22. tapi lebih suka liat juni sm ghifarii😭😭

    ReplyDelete
  23. Ngeship sama ghiffa tapi ngeship ini juga gmn dongg

    ReplyDelete
  24. gipaaaa lu kelamaan siii😭😭

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

36 — UNTITLED: bahureksa

59 — UNTITLED: bahureksa.

41 — UNTITLED: bahureksa