365 - UNTITLED

 







"Sekarang aja." ucap Ghiffari. 

Sepuluh menit sudah kedua kakinya bertumpu untuk berdiri disini, Tokman. Berhadapan dengan Sukma yang tengah tenang menyesap tembakaunya. Tanpa sepatah katapun yang terucap. Sukma yang sedari tadi duduk di bangku kayu panjang itu tak sedikitpun menghiraukan sosok Ghiffari di depannya. Hingga kini tembakaunya habis. Menuntunnya mengambil tas miliknya dan menaruh sebelah tali gandongannya itu di pundak kanannya untuk pulang.

Pergerakan Sukma terhenti,"Pukul gue sepuas lo. Berapa kalipun. Sampai pagi pun gue gak akan lawan itu. Asal janji satu sama gue, jangan kasih silent treatment gue kaya gini. Gue gak bisa. Apalagi itu dari lo." ucap Ghiffari.

Ghiffari pasrah, menurunkan egonya dihadapan sahabatnya itu. Selepas rapat Andromeda yang tak tuntas, Sukma membawa dirinya menyendiri untuk menikmati kenikmatan tembakau miliknya itu di tempat ternyamannya, Tokman. Namun Ghiffari mengikutinya, hingga membawa keduanya dikurung di suasana seperti ini. 

"Oh, pantes. Segitunya lo tadi nanyain gue yang gak penting waktu rapat. Segitunya lo ingin ngomong sama gue." jawab Sukma sepele. Dirinya melanjutkan langkahnya untuk menuju sepeda motor miliknya.

"-Otak lo isinya otot mulu. Pantes kagak dipake otaknya, apalagi perasaan lo. Mikir berantem doang, mikir dengan gue ngabisin lo bisa nyelesain masalah?" sambung Sukma kembali.

"Iya, gue salah."

"Terus?" tanya Sukma singkat. 

"Maaf." ucap Ghiffari, "Maafin gue." 

Sukma membalikkan tubuhnya, kini menatap Ghiffari. "Kok minta maafnya sama gue? Sama orangnya udah belum gue tanya?" ketus Sukma.


"Belum."


Sukma membuang napasnya kasar. "Sekarang ngerti kan kenapa gue gini sama lo?" 


"Gue pikir ini bukan kesalahan Ma."


Sukma naik pitam. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal sempurna. Ia membawa tubuhnya mendekati Ghiffari, mengambil bagian kerah baju dari sosok di depannya itu, "Ngomong apa lo? Bukan kesalahan mainin perasaannya dia?"


"Gue gak mainin perasaannya, anjir."

Rahang Sukma semakin mengeras, ia lebih mengangkat tubuh Ghiffari dengan tumpuan beban di kerahnya itu,  "Lo tuh bego atau pura-pura bego? Polos atau pura-pura polos? Bodoh apa memang bodoh?"

Sukma tak menemui jawaban dari Ghiffari. Ia menurunkan sahabatnya yang ia angkat itu. "Lo mainin perasaan dia setelah lo buat dia nyimpen perasaan buat lo? After you're have a kissed? Segila itu lo post foto cewe tiba-tiba sehabis kemarinnya lo sama Juni? Lo mikir gak kalau Juni bakal mikir dirinya sampah kalau gitu?"

Ghiffari kehilangan katanya. "After you're have a kissed?" 

"Sukma ngeliat?" tanyanya dalam batinnya.


Sukma berjalan menjauhi Ghiffari, mendudukkan kembali dirinya di kursi kayu panjang di Toko milik mas Manji tersebut. Membuka kotak tembakau Davidoff-nya kembali untuk disesap. "Gue liat waktu mau pinjem panci." 

Satu kepulan asap terbang bebas di udara seakan bebas. Namun Ghiffari mendadak seperti berhala. Tanpa pergerakan, tanpa kata, mungkin sepertinya sudah menahan napasnya sedari tadi. 

"Lo gak cape berdiri terus?" ucap Sukma. 

Ghiffari membalikkan tubuhnya. Melihat isyarat Sukma yang menepuk bangku kosong di sebelahnya, isyarat untuk diisi. Jika Ghiffari mati hari ini karena ketahuan mencuri bibir sahabat delapan tahun-nya Sukma itu, Ghiffari mengutuk dirinya yang tidak sempat berpamitan dengan Uwil dan kedua kucingnya yang lain. 

Bukan rahasia lagi bagi Bahureksa, marahnya Sukma si mataharinya Bahureksa itu bukan tandingan bagi siapapun. Lebih baik mengalah dari pada harus berurusan dengan Sukma yang sedang marah. 

Pertama, takut Sukma pergi dari Bahureksa dimana kalau Sukma pergi harus kemana lagi Bahureksa berlabuh? Kedua, marah dari orang yang selalu ceria itu sepuluh kali lebih menakutkan. Ketiga, dia Sukma. 


Sukma kembali menepuk space bangku disebelahnya yang kosong. Ghiffari menghela napas dan menyiapkan dirinya. Hingga ia mendudukkan tubuhnya di samping Sukma. 

"Itu artinya lo udah berhasil ngisi hatinya, Gi." buka Sukma dengan kepulan asap yang kembali menyeruak. 

"Ma, gue gak maksud.-" 

Sukma mengasongi Davidoff miliknya, mencoba merubah suasana lebih santai. Ia melihat sahabatnya berkeringat dingin. Asongan Davidoff-nya dijawab dengan gelengan kecil dari Ghiffari, "Santai aja, gue gak gigit." ucap Sukma. 


Sukma menghisap tembakaunya kembali dan beberapa saat kemudian asap putih keluar dari penciumannya, "Gue juga tahu waktu dia sama Raka. Malah dia cerita ke gue masalah sama Raka itu, anjir lucu banget ya Tuhan anak baru pertama kali pacaran ceritain itu. Jadi lo santai aja, si Raka aja masih hidup sampe sekarang kan. Nah yang sekarang ini, alias lo, dia gak cerita sama gue, dia trauma mungkin, takut lo sama kaya Raka ninggalin dia. Dan buat gue kesel sama lo bukan main. Lo tau kali hubungan gue sama Raka gak se akrab dulu."

Ghiffari mengangguk.

"Makanya waktu lo post foto Nadira tanpa Juni tau maksud lo apa, gue marah bukan main. Lo mau mainin orang apa gimana. Ya boleh aja sih, asal jangan sahabat gue."

Ghiffari mencoba mengangkat suaranya, "Gue minta maaf, Ma." 

"Bukan sama gue lah setan. Sama orangnya, mana dia tukang overthinking lagi." 


"Bukan itu," potong Ghiffari, "Maaf.. Maaf gue ikut suka sama Juni. Maaf gue ngerepotin lo. Maaf lo jadi harus nahan ini juga, gue gak maksud."

Sukma tertawa sungguh lepas, "HAHAHAHA... Gue udah tahu dari awal sih Gi. Siapa yang curi majalah provoke kelas waktu piket hari Jumat. Gue liat dari kaca. Lo ambil provoke kelas. Hahaha.. Ya Allah maneh tuh ya, aing kira modelan kaya maneh gini tuh cuma suka cewe spek teteh-teteh JKT48 alias ke jepang-jepangan sesuai spek wibu. Eh kepincut juga sama Yogja-Sunda." tawa Sukma semakin lepas. "Makanya waktu kita partai pertama dan lo se-denial itu nutupin perasaan lo, sebenernya gue ketawa dalem hati. Gue udah tau waktu gue pinjem hp lo buat pura-pura liat lambe turah, search bar terakhir lo nyari username nya Juni."

Pupil Ghiffari melebar tak percaya, "Kenapa lo bisa tau?" tanya Ghiffari heran.


"Apa yang gue gak tahu dari Bahureksa?" jawab Sukma santai. 





"Ma.." 

Sukma menghentikan kegiatannya yang setengah membuka hoodie hitamnya, "Hmm?"

"Gak jadi hahaha.." 

Sukma akhirnya memilih menuntaskan kegiatannya membuka hoodie hitam miliknya itu sehingga menampilkan seragam putihnya yang sudah keluar dari celana abu seragamnya itu, selanjutnya ia bangkit menarik satu bungkus kacang kulit garuda yang tergantung rencengan dari jualan mas Manji tersebut dan mengacungkan ke udara, tanda 'kas bon' maksudnya. Ia duduk kembali disamping Ghiffari.


Ghiffari mengeluarkan Marlboro merah dari saku kiri jaket jeansnya. Menepuk kotak tembakau tersebut agar tembakaunya memadat sempurna. Mengambil satu batang dan membakarnya. "Tadinya gue mau ngajak diskusi, tapi beda tema bahasan. Ah nanti aja deh. Ada yang lebih gue ingin tanyain sama lo." 

Fokus Sukma semakin larut pada ponsel dan kacang kulit garudanya, "Naon." 

"Kok lo gak marah siapapun deket sama Juni? Maksud gue. Hati lo kok kuat? Gue aja liat tadi Juniar ngomong sama Juni mau anter balik hati gue kalut." ucap Ghiffari.

"Ya biasain aja, gue bisa karna terbiasa. Gue ngesarain kalut cuma waktu pertama kali dia pacaran aja. Karna separuh waktu dia udah gak sama gue lagi gitu pas pacaran, bayangin aja ampir 7 tahun temenan berbagi kebiasaan kayak pulang bareng, makan bareng, itu tuh ilang. Gue gak punya hak, liat dia bahagia aja gue seneng kayaknya." Sukma semakin giat menelanjangi kacang kulitnya. 

"-Ada senengnya dulu waktu dia putus, tapi jujur banyaknya hati gue kaya ditusuk, gak bisa liat dia nangis. Akhirnya gue bawa Juniar masuk dunianya, biar dia lupa sama Raka, Pokoknya mah gue gamau dia sedih berlarut. Makanya gue se marah ini kalau emang lo cuma mainin Juni. Dia sempet trauma urusan buka hati, dan saat dia buka hati, lo buat dua gitu. Gue salah gak, Gi?" sambung Sukma.

"Enggak, gak salah sedikitpun." Ghiffari menyesap tembakaunya yang sisa setengah. "Terus lo gak berjuang lagi? Sampai disini aja? Kemarin keberapa sih? 57 kali apa 58?" 

"HAHAHAHA.. yang benernya cuma 4 kali, sisanya becandaan. Gue gak pernah minta jawaban dia. Gue mikir kayaknya dia ngerasa udah biasa deh denger gue nembak dia. Jadinya gak bisa bedain yang bener sama yang enggak. Dan di gue itu malah jadi zona nyaman gue tersendiri dia nganggep gue bercanda, karna gue takut untuk di tolak, takut untuk mulai yang baru, nama yang baru kalau bukan dia. Gue lebih milih nahan dia gak ngasih tau jawabannya." 

Ghiffari bangkit dari duduknya, membuka kulkas chiller dan mengambil teh gelas, tak lupa langsung meminum nya tanpa sedotan, hanya dilubangi jarinya saja, "Gue bakal mundur, asal yang coba lo." 

Sukma tak langsung menjawab Ghiffari, ia mengeluarkan botol tumblr dari tas sekolahnya, "Teh gelas wae siah ucing." ucap Sukma, "Ginjal baru tau rasa lo, Gi. Air putih, buru." Sukma mengasongkan tumblr minum miliknya. ("air putih, cepetan." katanya) Tidak mendengar apa kata Sukma, Ghiffari menenggak habis teh gelas miliknya.

"Gak ada yang lebhi nikmat dari teh gelas anjir hahaha..." tawa Ghiffari, "Lanjut yang tadi, kayaknya bagusnya gue mundur aja gak sih Ma? biar lo sama Juni. Mumpung belum jauh.

"Apa-apaan anjing. Ghosting dia itu mah sialan kalau bibir lo silaturahmi doang terus pergi gitu aja. hahaha. Jangan gitu lah, lo nyakitin dia sama aja nyakitin gue. Partai pun kayaknya gak cukup deh." 

"Gue tetep mundur sih, Ma." 

"Lo tau gak sih, she is main lead di setiap ceritanya. Selalu bagus aja dengan ceritanya itu. Waktu sama Raka, dia kaya main di film Dear Nathan dan dia jadi Salmanya, cewe lugu polos dan gak pernah pacaran, ketemu sama anak yang banyak tingkah dan random kayak Raka." Sukma membuka botol tumblrnya, masih memaksa Ghiffari untuk meminum air putih yang ia bawa. 

"Kalau sama Juniar, dia kaya lagi main Galih dan Ratna, atau mungkin AADC kali ya, definisi pasangan yang pas semua orang mau banget, taste musik sama dan hobi yang sama. Ah sempurna lah intinya anjir." Sukma sedikit mengambil napasnya, "Tuh liat anjir, ini juga lagi main. Cocok ya bangsat kalau aing yang lakuin ini, kayaknya disebutnya jamet deh." sambung Sukma kembali dengan fokus pada ponselnya, melihat Juniar dan Juni maksudnya.



"Kalau emang pemeran film gitu. Gue sama lo jadi film apa kalau dia jadi female leadnya?" tanya Ghiffari.

"Apa ya? Dilan kali ya lo? Dilan sama Milea. Bahaya terus hubungannya, tapi manis deh kaya gula hahahaha.." ucap Sukma. Ia masih memandangi ponselnya, "Kalau gue sendiri, gue gak tau film apa yang pantes. Gue gak banyak nonton film kalau gak hype amat. Eh paling itu kali ya- yang filmnya Ayudia sama Ditho, apa sih anjing judulnya, gak nonton gue. Friendzone katanya itu hahaha." 

Ghiffari, mengambil tumblr milik Sukma yang sedari tadi sahabatnya itu tawarkan. Hatinya berbisik, "itu judulnya Teman tapi Menikah. Gue, Dilan Milea? manis memang bener apa kata lo, tapi lo lupa satu, Ma, akhirnya mereka pisah. Apa emang itu jawabannya?"


Selesai tegukan air putihnya, begitu juga kalimat akhirnya Ghiffari ucap, "Kayaknya lo harus coba lebih berani deh, Ma. Lo harus coba sekali lagi kasih tahu perasaan lo, tapi sepaket juga dengan jawabannya."


Sukma menghentikan kegiatannya, "Iya-iyaa gue coba lagi. Asal lo juga gak mundur." Sukma melanjutkan mengupas kacang kembali dengan dua bilah bibirnya, "Nanti mungkin, habis Andromeda."




Comments

  1. TIDAAAAKK SIAP LIAT SUKMA PATAH HATI PERMIRSA

    ReplyDelete
  2. πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»

    ReplyDelete
  3. Tidak siap Ghifari patah hati πŸ₯Ί

    ReplyDelete
  4. gatau mau tim siapa..πŸ˜”πŸ˜”
    tpi ak lebih memilih menjadi tim sukmaπŸ™πŸ»πŸ™πŸ»

    ReplyDelete
  5. Ketauan nya gara gara mau minjem pancii😭

    ReplyDelete
  6. Definisi rumah paling nyaman ya sukma😭

    ReplyDelete
  7. Njirrr jdi bingung siahhh teteh :')))

    ReplyDelete
  8. bau bau set ending bagi penumpang kapal gipari juni πŸ˜”

    ReplyDelete
  9. Woyyyy ngeri bngt sad ending 😭

    ReplyDelete
  10. aku bingung atuh mau dukung siapaπŸ₯ΊπŸ₯Ί

    ReplyDelete
  11. Awas ya kalo sampe endingnya menggantung 😭😭😭😭

    ReplyDelete
  12. ayolah teh via, kalo giva masi hopeless next jadiin teman tapi menikahnya juni sukma aja deehh

    ReplyDelete
  13. Tetep tim raka :'( tapi nggak mau sukma patah hati yang ke 5 :''

    ReplyDelete
  14. Yang paling teruji itu SUKMA plissss

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

36 — UNTITLED: bahureksa

59 — UNTITLED: bahureksa.

41 — UNTITLED: bahureksa