362 - UNTITLED





Tanpa perlu bibirnya mengeluarkan kalimat tanya yang bermuara pada pertanyaan dimana Juni berada, Sukma lebih tahu kemana tubuhnya harus dibawa melangkah. 

Bila sudah begini, bukan tidak salah lagi pasti sahabatnya itu berada di area Sky Level puncak tertinggi gedung Paris Van Java. Sepi, dan menyendiri. Melihat Bandung yang selalu indah bagai sedang tersenyum bak tanpa beban. Itu yakinnya. 

"Ah, anjir." batinnya hanya bisa mengumpat. Rahangnya mengeras. Tangannya menahan kepal.


Sukma tahu dengan jelas dirinya sudah kalah telak sebelum berperang, kalah telak sebelum mencoba lagi begitu melihat sorot mata Juni ada sosok Ghiffari sahabatnya yang kini mungkin akan berubah judul menjadi musuh barunya. Sewindu beriringan dengan Juni, bukan tidak mungkin ia mengetahui isi hati sahabatnya itu tanpa berucap. 

Mundur. 

Kata yang terpatri dihati Sukma tatkala tahu sang puan yang menemukan rumah barunya setelah lebih dari ratusan hari terjerembab masuk pada traumanya membuka hati, setelah ribuan hari mencoba menjadi rumah setiap jiwa yang ia temui, setelah ribuan hari sahabatnya itu menjadi rumah namun tak memiliki rumah untuk pulang sendiri. Namun kini bukan mundur, melainkan hanya kecewa yang terpatri dalam hatinya.


Sekuat dan sepenuh tenaga, Sukma memacu kendaraannya. Hingga membawanya pada tujuan yang dimaksud. Dengan susah payah dirinya memasuki lift setelah memarkirkan kuda perangnya, jemarinya dengan lihai menyentuh tombol yang membawanya pada lantai teratas. Rasanya Sukma ingin mengumpat setiap orang yang berdesakan bersamanya kini di ruangan sempit itu, lantai tiap lantai yang selalu membawa pintu lift terbuka sehingga memperlambat pergerakannya. 

Matanya terus tertuju pada Lcd di elevator yang membawanya itu. Hingga menunjukkan lantai tempatnya harus bermuara. Begitu pintu terbuka, sepersekian detik pula dirinya melangkahkan kakinya. Mencari sosok yang ia cari. 


Tak ada. Ia tak menemukannya. 


"Juni, lo dimana. Jangan gini." decik dirinya. Sukma hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal, tak luput memegangi rambutnya sendiri tanda prustasi, Tak menyerah sampai disana, ia masih berupaya menemukan sosok tersebut, membawa tubuhnya ke bagian terujung lantai Sky Level tersebut dengan remangnya cahaya yang tersedia.

Netranya menemukan sosok sang puan yang ia cari. Menangis seorang diri di tengah remangnya cahaya dan diselimuti semilir angin Bandung dari di malam hari. Hatinya bagai teriris belati tatkala melihat Juni menutupi kedua telinganya dan juga setelahnya memukul-mukul kepalanya sendiri tak tertinggal dengan air mata yang deras mengalir seakan mengutuk dirinya sendiri. Kali ini apa lagi tanya Sukma dalam hati.

Tak ada yang mengetahui sisi Juni seperti ini. Mungkin Egas maupun Tipal pun tak mengetahuinya. Sukma. Hanya Sukma yang tahu.


Sukma menghampiri dan melepaskan jaket yang ia kenakan. Mengenakan jaketnya tersebut pada pundak Juni, tangannya tak diam disana, dia menggenggam tangan Juni yang Juni gunakan untuk memukul-mukul kepalanya sendiri, menghentikan kegiatan Juni yang membuat hatinya sakit bak teriris. 

"Jangan gini Juni, gue mohon." bisik Sukma, ia langsung membawa tubuh yang rapuh tersebut pada peluknya. "Gue disini."

Tangis Juni lepas pada peluk Sukma. Segala emosinya luruh dalam tangisnya itu, "Sukma.. Gue capek."

"I know. Gue udah sering peringatin lo, Juni. Gak usah selalu jadi orang baik , Juni. Gue gak mau lo ada di posisi ini."

Juni makin menenggelamkan kepalanya. Pundaknya kian bergetar naik turun mengikuti frekuensi tangisnya. "Sesek Ma. Sakit. Gemini sakit."

Sukma mengeratkan peluknya, jemarinya mengelus surai hitam sang puan didekapannya itu, "Iya, gak apa-apa Gemini sakit, Aquarius disini buat Gemini." 


"Aquarius disini, buat Gemini." kalimat yang sudah lama Juni rindukan keluar dari sosok yang memeluknya kini. 


"Jangan takut sendiri, Aquarius disini." sambung Sukma kembali. Peluknya makin ia eratkan. "Mau Aquarius tonjok gak orangnya? Mau berapa kali?" 


Sukma mengangkat kepala Juni dari peluknya, ia mendaratkan ibu jarinya untuk memoles air mata yang jatuh luruh di pipi perempuan dihadapannya. Setelah itu jemarinya mengusap surai hitam Juni kembali, tatapannya begitu teduh menenangkan "Ini, jangan di pukul-pukul ya?" 

Bulir air mata Juni turun kembali, "Hei udah. Jangan nangis terus. Gak apa-apa kalau cape jadi orang baik istirahat dulu. Besok jadi orang baik lagi. Besok cari lagi tempat istirahatnya."


"Aku capek." 


Aku. 

Panggilan diantara keduanya berubah. Sukma dengan sigap siap menurunkan nadanya.


"Wajar kalau capek. Gak apa-apa." 

"Kalau jadi orang baik itu, memang hadiahnya gak punya temen ya? Papa bilang kalau orang baik banyak temennya. Aku selalu coba jadi orang baik dari dulu tapi tetep merasa sendiri. Rasanya sesek, Ma. Sakit." ucap Juni. Air matanya masih turun. Kedua kuku ibu jarinya saling digesekkan satu sama lain tanda gugup.

"Kamu gak sendiri tau, masa gak liat ini kan ada aku hahaha." ucap Sukma. Ia menyelipkan anak rambut Juni yang turun, "Pernah liat kalimat di opening MV nya Hindia yang membasuh belum?" 

Juni menggelengkan kepalanya.

"Berharap dunia mengembalikan investasi, perasaan, waktu serta tenaga yang kita tanamkan kepada orang lain, seringkali kita dibuat kecewa karena buah hasilnya tidak manis." terang Sukma, "Mungkin selama ini udah ada hasilnya, tapi semesta bayar itu lewat hal yang lain. Gak langsung ke kamu, Jun. Mungkin ke kebahagiaan keluarga kamu kan bisa aja.."


Juni hanya hening terdiam.


Juni kembali menggesekkan kuku di ibu jarinya. "Aku disuruh jadi orang yang mentingin aku sendiri dulu, tapi aku gak bisa, Ma." ucap Juni, perkataan dari burung hantunya itu masih terus berkecamuk. "Aku coba tetep dengan pendirian aku setelah itu untuk tetep pilih bahagiain orang lain dulu baru aku, tapi dengan itu juga dunia kayaknya nunjukin sakitnya sekaligus bahwa aku salah. Baiknya aku ini itu memang salah. Aku gak bisa dapet kebahagiaan dari situ, malah sakit.-" 


Kalimatnya belum usai, Sukma memposisikan tubuhnya untuk berhadapan dengan Juni menyelipkan jemarinya di bibir mungil sahabat delapan tahunnya itu, "Sttt... Janji sama gue. Sekarang pikirin diri lo dulu ya? Jangan orang lain terus. Cobain rasanya."


harusnya kalimat itu Juni yang ucapkan pada Sukma. 


"Kalau lo mau nangis, ajak gue. Jangan buat gue khawatir. Lo gak jahat, lo baik. Asal jangan buat gue khawatir. Belum saatnya lo nyerah buat cari rumah ternyaman lo untuk pulang. Rumah tempat semua orang pulang juga tetep butuh rumah untuk pulang. Lo masih inget kan pundak gue selalu siap untuk lo? Lo masih inget kan telinga gue selalu siap untuk lo? Tangan gue juga siap untuk berantem sama orang yang jahatin lo. " 


Juni melupakan satu, rumah yang selama ini ada, namun tak terlihat.

Sukma Rahardyan.


"Makin dingin, pulang yuk? Besok sekolah, pulang sore banget buat rapat Andro lagi. Masuk angin disini mah bahaya." ucap Sukma. 

"Sepuluh menit lagi boleh? Mau liat lampu kota dulu dari sini." tunjuk Juni pada pemandangan yang terhampar dimata keduanya kini. 

Sukma mengangguk tanda mempersilakan. Mata Juni tak lepas dari hamparan lampu malam yang terlihat dari posisi mereka berdua. Membuat Sukma dengan mudah merogoh ponsel di saku jeans sebelah kanan miliknya. Menuliskan pesan pada seseorang disana; 








Comments

  1. Bayangin rasanya jadi Sukma aaaaaaaaa perih banget ga sii 😭😭😭😭

    ReplyDelete
  2. Tengah malem sesek bayangin jadi sukma 😭

    ReplyDelete
  3. Try not to cry 🥺 tapi jleb dwar juga😭

    ReplyDelete
  4. Udahlah, Juni sama siapa aja aku mah okaaay.
    gabisa milih udahan 😭😩😩

    ReplyDelete
  5. Juni..... bahagiain dulu diri sendiri yaaaaaaaa baru orang lain. Kadang sperti itu, sebaik2nya kita tetep saja kadang di salah artikan,, i feel u jun :")

    ReplyDelete
  6. Duhhh Sukma 😭😭😭

    ReplyDelete
  7. DIHHH SUKMAA SIAA MAAAHHHHH DKKDRKFK KNPAAAA JUNIAR LAGI ANJWERRRRRRRR XMDKDMRKKEKDK😭😭😭😭😭😭😭

    ReplyDelete
  8. Anjirrr sukmaaaaa😭😭😭😭

    ReplyDelete
  9. Huaa Sukmara :(( tp kan sbnrnya giffa juga cmn bahas anggaran

    ReplyDelete
  10. perihhh bngt jadi sukmaa huweee 😭

    ReplyDelete
  11. sukma kamu hebat jujur kamu hebat walau kamu juga sakit😢

    ReplyDelete
  12. cari yang kaya sukma dimana anjirr?��

    ReplyDelete
  13. Woiiii si owl siapa anjir?

    Btw cari yg modelan sukma dimana😭😭

    ReplyDelete
  14. Juniii, gue pernah jadi lo. Jadi rumah buat siapapun yg butuh pulang tp gue ga punya rumah buat pulang. Terus kaya gtu smpe akhirnya gue muak trs berhenti trllu peduli dan belajar mentingin diri sendiri dulu. kalo udah ga punya rumah, seenggaknya jgn sampe kehilangan diri sendiri. yuk Jun, lebih syg sma diri lo sendiri. Jgn orang lain mulu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. "kalau udah nggak punya rumah, seenggaknya jangan kehilangan diri sendiri." Omg, kak😭

      Delete
  15. Sukmaaaaa kenapa lo gini sih, seharus nya lo juga peduli sama diri lo, kenapa lo kuat bnget sih ma😭😭😭

    ReplyDelete
  16. Sukma kamu sama aku aja ya, kasian liat kmu kek gni😭

    ReplyDelete
  17. Sukma kok km kuat bngt si😭😭

    ReplyDelete
  18. Ini si juni sama sukma aja udah bener 😭😭

    ReplyDelete
  19. Sahabat kaya sukma ada ga di jual di shopee atau Tokopedia?😭

    ReplyDelete
  20. SUKMA KNP LO BAIK BANGETTT, PDHL PERASAAN LOMGA KE BALESS😭😭

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

36 — UNTITLED: bahureksa

59 — UNTITLED: bahureksa.

41 — UNTITLED: bahureksa