UNTITLED - 282

 



 ⚠⚠⚠ TW // violence , toxic parent .


Baru tiba di kamar kost nya setelah memimpin rapat angkatan, Ghiffari langsung menghembuskan napasnya dengan kasar begitu layar ponselnya menampilkan notifikasi dari Juni yang cemas akannya dan juga notifikasi dari sang Ayah. 

Mau dilarang sebagaimana pun otomatis tidak berlaku bagi Juni yang keras kepala. Dirinya hanya berharap Juni tiba lebih dulu dari sang Ayah. Mungkin dengan itu juga, sang Ayah bisa mengurungkan sebentar niatnya, menunggu Juni pulang.

Dirinya menjatuhkan tubuhnya di sofa, membuka tas sekolahnya, belum sempat mengganti pakaian seragam yang ia kenakan. Keningnya sedikit berkerut bingung, sejak kapan iya membeli nyam-nyam rice crispy? Namun tanya dalam benaknya segera terjawab begitu melihat notes yang tertempel.


Hai Jagoan!
Jangan sedih terus. Jelek tahu. Nanti Mingyu disana gak suka.
Terima kasih buat kemarin. Lo hebat. Jangan salahin terus diri lo.
Takdir semesta gak bisa kita hindari. 

Ini ada Nyam-nyam. Tipal sama Egas kalau sedih suka gue kasih ini.
Gak terlalu ngobatin, tapi setidaknya lo tau,
Di dunia ini masih ada kok yang manis, gak selamanya hidup lo pahit.


Jangan lupa di mam ya nyam-nyamnya! :D

-juni-



Ghiffari hanya bisa tersenyum salah tingkah. Bukan surat cinta padahal tapi hatinya berbunga-bunga bukan main. Dirinya membuka kemasan Nyam-nyam rice crispy tersebut. Merasakan serpihan manisnya dunia yang Juni tuturkan. Rasanya nikmat, benar-benar manis. 



"GHIFFARIII! DIMANA KAMU!" 


Pintu kost berwarna hitam dengan tiba-tiba terbuka keras. Menampakkan sosok lelaki yang berdiri untuk menemui Ghiffari. 


Salah, duguaannya benar-benar salah. Bukan Juni yang tiba lebih dulu, melainkan sang ayah, Afriandi Grisha.


"Udah sampai Yah? Duduk dulu. Nanti panggil Ghiffa aja." Ghiffari datang dari arah kamarnya, mencoba sebisa mungkin tenang menghadapi sosok di depannya ini. 

Debuman pintu dengan keras terdengar menggelegar memenuhi ruangan. Sosok kepala keluarga Grisha tersebut menutup rapat pintunya, "GAK USAH BANYAK BICARA KAMU!" teriak sang Ayah. 

"Sekarang, Yah? Boleh." balas Ghiffari dengan nadanya yang menurun. Ia menaruh nyam-nyamnya pada meja dihadapannya.

Tak banyak bicara, sang ayah mendekati Ghiffari. Memindai sosok sang anak yang berdiri masih lengkap dengan jaket biru dongker bertuliskan bahureksa di dada kirinya. 

"Mau jadi jagoan kamu?" tanyanya singkat.

Afriandi tak menemui jawaban dari sang putra, ia melucuti saksi bisu Ghiffari beradu nasib menghabiskan satu demi satu lawannya. Jaket Ghiffari ia lepas dan ia buang ke sembarang tempat.

"Saya tanya, mau jadi jagoan kamu? IYA HAAH?! JAWABB!!"

Suara gemerencing besi pengait gesper yang baru dibuka terdengar dengan nyaring. Lecutan yang terdengar baru dilecutkan di udara sudah dapat Ghiffari rasakan sensasinya, padahal ia baru hanya mendengarnya. Ghiffari hanya bisa pasrah, memejamkan matanya.

"HARUS BERAPA KALI SAYA BILANG! SAYA GAK SUKA KAMU BERANTEM SOK JAGOAN, GHIFFARI!" 

"Maaf yah..." Ghiffari menurunkan dirinya, berlutut di hadapan sang ayah.

Satu lecutan menyinggung punggung Ghiffari, yang ia bisa lakukan hanyalah memejamkan matanya dengan rapat, menikmati reaksi yang pasti mengukit memar pada tubuhnya. Sudah lecutan ketiga yang ia rasakan, panas pada bagian belakangnya itu semakin menjalar. Tak banyak yang bisa ia lakukan, hanya melontarkan kalimat maaf yang berulang-ulang dan semakin memejamkan matanya. 

Ia menggigit bibirnya, menahan rasa sakit dan perih yang bersekutu diseluruh punggungnya. Entah sudah keberapa, lecutan yang ia dapat belum menemui titik henti, membuat sosok Ghiffari semakin menggigit bibirnya dengan keras, menutup matanya dengan rapat dengan air mata yang sedikit demi sedikit jatuh.

Ghiffari tak pernah meneteskan air matanya. Kecuali satu, saat ini.

"Maaf yah..."

"HARUS BERAPA KALI LAGI SAYA BILANG?!" 

Satu lecutan kembali lolos. 

"Ma...af..."

Punggungnya ia rasa sudah tak sanggup memikul sakit yang dirasa. Dirinya membalikan tubuh yang semula menghadap sudut tembok. Berhadapan dengan sang ayah. Menggunakan tangannya sebagai benteng menutupi lecutan yang datang. 

"Ayaaah.. maafin.. Ghiff..aa.."

Gesper sang ayah kini menyapa tangannya yang ia jadikan benteng penahan. Rasanya sama saja, sama-sama sakit.

"KAMU TAHU SEBERAPA SAYA CAPEK LIHAT KELAKUAN KAMU? KEJADIAN SEMALAM MAKAN KORBAN! KAMU MAU ADIK KAMU HARUS PERGI LAGI? HARUS JADI KORBAN LAGI GARA-GARA KAMU?!"

"Ma-afin Ghi-faa yah..." 

Satu lecutan kembali lolos.

"Ma-af.." Tangannya saling menangkup, melayangkan simbol mohon ampun, suaranya semakin lemah.

Ghiffari hanya mampu menutup matanya dan menggigit bibirnya kembali. Menunggu hingga sang ayah menemu titik cukupnya. 


"Ma..af.."


Lecutan sang ayah terhenti. Bibirnya masih dengan kuat ia gigit, sepersekian detik Ghiffari membuka matanya, air matanya turun. Dilihatnya sang ayah pergi tanpa meninggalkan sepatah katapun, yang terdengar hanya debuman pintu yang nyaring tertutup. 

Beberapa saat pintunya terbuka kembali, dirinya menutup mata kembali, takut lucutan gesper sang ayah bersinggungan kembali dengan punggungnya yang sudah meraung kesakitan. 




"Hei, ini gue, Gi..."


Itu bukan sang ayah. 


Itu sang puan, Juni Pramudya. Perempuan yang sedari tadi ia tunggu hadirnya.




Comments

  1. juni pls ngomel dikit ke ayahnya gifa donggff

    ReplyDelete
  2. mau nangis kenapa si gifa Sam juniar harus sama2 ngerasain hal kyk gitu 😭😭

    ReplyDelete
  3. Banjir bgt mata ini tolong heyyyy 😭😭😭

    ReplyDelete
  4. Sepupu aku prnh dipukul pke sabuk pas msh SD. Pdhl dia cewek. Papanya keras bngt. Trus, aku cuma bisa liat dri jendela. Mau tolong tapi takut. Sedih... bunyi lecutan sabuk sumpah, ngeri banget...😭😭😭

    ReplyDelete
  5. Sayang gipaaaaa 😭😭😭
    Jadi ayah nya galak karena dulu ada "adek" Gipa yang "pergi" Juga? 🥺😭

    ReplyDelete
  6. Kenapa harus Dua dua anjirr ngerasain toxic parents begini yang satu dari emaknya yang satu dari Ayahnyaaa sumpahh mending gini ajaa dah juniar Sama bapaknyaa gifaa Sama emaknya ortu nya mending pisah anjirr kasian anaknyaa jugaa 😭😭😭

    ReplyDelete
  7. ini gimanaaa abis baper, nangis, terus gimansnananannaan

    ReplyDelete
  8. Klo gw jdi fiksi pngin bngt ngomel ke orng tuanya anjir,greget bgt ap ap anak yng disalahin😭😭😭

    ReplyDelete
  9. Gipa.. juniii, ayo obatin gipa :)

    ReplyDelete
  10. Juniii,pliss tarik leher baju tuh bapak n pepet dy ketembok trus bilang"mau lo apa kaya gini ke Ghiffa guee hahh??"

    ReplyDelete
  11. aduhh gabisa bgt kaya gini gabisaaa☹️☹️

    ReplyDelete
  12. Anjir jan2 gipa masih sodaraan sama orin.

    ReplyDelete
  13. Tolong siapin lapak hujat buat papa nya gifa

    ReplyDelete
  14. Kasian juniar sama gipa😭😭😭😭

    ReplyDelete
  15. Masih ada ya orang tua yang kaya gitu ke anak nya.😭😭😭

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

36 — UNTITLED: bahureksa

59 — UNTITLED: bahureksa.

41 — UNTITLED: bahureksa